Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Meremehkan > Pelayanan

6 Juni 2012   13:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:20 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338988898302350010

Agak terkaget kemarin diriku ketika minta bantuan seorang teman untuk membeli barang kebutuhan mendesak di toko X. Temanku menolak halus sambil menunjukkan wajah masam. Alasan menolak untuk membantu kali ini cukup sepele > “karena si penjualnya nampak angkuh, tak ramah, padahal kita membeli barang secara kontan. Saya tak sudi berbelanja lagi ke sana,” gumannya.

Secuplik fakta berupa kasus ringan di atas > menarik dicermati sekaligus secara induktif dapat menjadi bahan diskusi bertopik pelayanan (umum) beserta aspek-aspek yang melatarbelakangi mengapa persoalan ini masih terjadi sehingga perlu dibahas kemudian dapat dipetik manfaat dari pelayanan itu sendiri.

~~~

Kecenderungan manusia sombong atau arogan, memang masih ditemui belakangan ini. Bisa jadikarena kurangnya pengalaman bergaul, minim wawasan, sisa-sisa budaya feodal yang masih mewaris, kecenderungan manusia semakin materialistis dan pragmatis. Sikap demikian dapat dibilang kurang berempati, gagal membangun relasi, sehingga dapat dikatakan tak memahami atau menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada interaksi. Berkait hubungan/komunikasi antarmanusia kemudian muncul yang namanya interaksi sosial. Mentang-mentang memiliki modal/asset besar lantas pelakunya bisa semau gue?

Kegagalan dalam membangun relasi > bukan tidak mungkin berakibat lanjut terhadap kelangsungan usaha yang sedang ditekuni. Pelanggan/konsumen lambat laun “pergi ke lain hati” mencari kepuasan dalam memenuhi barang kebutuhannya. Pantas jadinya, bilamana temanku kemarin menolak untuk berbelanja ke toko X, seperti di awal tulisan ini.

~~~

Membincang perihal pelayanan > secara substantif sesungguhnya tak jauh dari sebuah upaya untuk menyenangkan atau memberi kepuasan kepada orang lain/pelanggan/ konsumen sesuai apa yang diharapkan. Upaya ini banyak berurusaan dengan sikap/perilaku (tutur kata) yang ditunjukkan secara nyata, misalnya keramahan/senyum, kesediaan/kecekatan membantu, penguasaan pengetahuan tentang suatu produk, dan semangat bekerja untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.

Oleh karenanya, jika hakikat pelayanan tersebut diketahui, dimengerti, dipahami, selanjutnya disadari > maka terbangunlah hubungan yang saling menguntungkan, saling memenuhi kepentingan, saling menghargai atau saling bertransaksi antarpihak terkait dalam suatu interaksi yang harmonis. Namun sebaliknya, jika pelayanan diremehkan > sangat dimungkinkan pembeli/pelanggan atau konsumen berpaling untuk memilih tempat lain yang lebih memberi rasa senang.

Kalau boleh jujur, penulis dalam berbelanja pun > lebih memikirkan apa yang disebut kepuasan (satisfaction). Hal ini dapat diukur melalui beberapa variable sederhana: (1) pelayanan, (2) kualitas barang, dan (3) harga. Pelayanan merupakan faktor utama/penting karena berbelanja bukan semata mencari barang yang dibutuhkan, tetapi kita juga mencari/membeli suasana yang nyaman dan menyenangkan. Kira-kiranya begitu.

~~~

Dalam konteks lebih luas, ternyata pelayanan tidak hanya diberikan kepada manusia/makluk hidup, bahkan benda mati pun perlu memeroleh pelayanan memadai sehingga benda itu akan membantu kita lebih nyaman untuk beraktivitas. Nggak percaya?

Laptopku yang selalu menemaniku bekerja > pas akhir bulan Mei 2012 lalu “ngambek” lantaran program windows-nya sudah tak berfungsi optimal. Maklum sudah beberapa waktu dipakai terus menerus di lapangan, cara penggunaan kerap tidak prosedural. Salah satu akibatnya, mekanisme kerjaku terganggu, computer/laptop lemot. Apalagi mau ngernet atau ngompasiana, jelas terhambat karena kemampuan sistem pada komputer sudah tak memadai. Paling-paling cuman bisa gregeten kalau laptop tiba-tiba ngambek, he-he..

Langkah praktis untuk mengatasinya adalah melakukan instal ulang agar laptop/komputerku “sehat’ seperti semula. Nah, bukankah upaya melakukan instal ulang ini merupakan bagian dari pelayanan kepada komputer/laptop? Dan jika laptopku sudah normal kembali > maka sebaliknya laptop itu juga akan melayani diriku dalam bekerja…

Itu sebabnya, jangan meremehkan pelayanan. Baik pelayanan kepada sesama manusia dalam segala aktivitas untuk saling memenuhi kepentingan atau pelayanan terhadap alat-alat yang kita pakai untuk menunjang kelancaran kerja. Melalui pelayanan yang optimal > semuanya akan berjalan aman, nyaman dan damai. Damai di bumi, damai di hati, dan damai di kantong. (^_^)

JM (6-6-2012).

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun