Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setinggi Langit atau Setinggi Pohon Nyiur?

18 Oktober 2021   15:20 Diperbarui: 26 Oktober 2021   13:12 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pohon nyiur. Sumber: Pixabay.com

Sebelum membincang/membahas lebih jauh artikel ini, perlu terlebih dahulu dijelaskan secara singkat tiga kata kunci di antaranya: tinggi, langit, dan nyiur.

Tinggi, dimaksudkan sebagai ukuran jarak dari bawah ke atas, sebatas mata bisa memandang.

Langit, sebagai suatu ruang yang terbentang luas di atas bumi yang kita pijak. Di sana berada benda-benda angkasa seperti yang sering disebut bulan, bintang, matahari maupun planet dan sejenisnya.

Jaraknyapun lumayan jauh tak terhingga dari tempat kita berpijak. Saking jauhnya, sampai batas pandang terhadap keberadaan benda tersebut hanya menampakkan sinar/cahaya atau kerlap-kerlipnya.

Sedangkan nyiur atau pohon kelapa, dalam bahasa latin disebut Cocos nucifera dimaksudkan sebagai pohon yang termasuk suku aren-arenan (Arecaceae).

Pucuk pohon nyiur atau pohon kelapa ini jelas terlihat dengan mata, bahkan bisa dipanjat karena jaraknya relatif dekat dari permukaan bumi/tanah yang kita pijak.

Lantas, apa kaitannya dengan artikel ini?

kerlap-kerlip bintang di langit (ilustrasi: kompas.com)
kerlap-kerlip bintang di langit (ilustrasi: kompas.com)

Langit dan segala benda-benda yang terlihat menjulang tinggi di angkasa tersebut tidak akan dikupas secara detail satu persatu. Demikian halnya nyiur atau pohon kelapa tak hendak ditinjau menyeluruh secara botani maupun kandungan nutrisi dalam buahnya serta beragam manfaat yang bisa dipetik.

Lebih dari itu, langit dan pohon nyiur dalam konteks ini hanyalah sebagai batasan pembanding tentang jarak yang relatif jauh dengan jarak yang relatif dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun