Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Pandemi Covid-19 di DIY dan Perlindungan Anak

24 Juli 2021   14:45 Diperbarui: 24 Juli 2021   14:54 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: tribunnews.com

Pandemi Covid-19 memang cenderung "memaksa" setiap orang atau keluarga untuk mengubah sikap/perilaku menyesuaikan dengan sikon yang ada, pola-pola maupun cara baru sangat diperlukan agar virus penyebab Covid-19 tidak merajalela.

Dampak yang paling kentara bagi kehidupan anak (usia sekolah, s/d 18 tahun) di antaranya terkait kebijakan physical distancing maka anak harus berada di rumah, belajar di/dari rumah, pembelajaran jarak jauh- memanfaatkan medium internet.

Pola belajar baru demikian layak didukung, difasilitasi dan dipahami oleh orangtua mereka, lingkungan sehingga sinergi pembelajaran dengan pihak sekolah tetap berlangsung.

Bisa dimaklumi bahwa ancaman wabah yang datangnya begitu cepat, secara mendadak, berjangkit secara masif tanpa dibarengi pengetahuan, keterampilan maupun pembekalan antisipasi telah menjadikan semua rencana kerja, belajar, maupun kegiatan lain tidaklah sesuai harapan semula.

Namun kondisi ini perlu disikapi, seperti halnya sering dikumandangkan para pengambil kebijakan di negeri ini, yaitu perlunya kita beradaptasi dengan kebiasaan baru.

Adaptasi Kebiasaan Baru, sering disingkat AKB, artinya kita harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama. Kita dituntut harus berani mengubah pola-pola lama dan menyesuaikan dengan pola baru, kebiasaan baru dalam menjalani kehidupan di masa pandemi.

Seperti halnya selalu menaati prokes (pakai masker, jaga jarak, cuci tangan), termasuk stay at home, study from home, membatasi mobilitas dan interaksi sosial menjadikan pilihan yang layak dalam kegiatan sehari-hari.

Dampak lain terjadi di beberapa lingkungan keluarga yaitu ancaman stress di kalangan orangtua/kepala keluarga karena sebagian besar mereka kehilangan pekerjaan atau berkurang penghasilan untuk menghidupi keluarganya.

Kondisi demikian bisa dipahami, namun sebisa mungkin jangan sampai kepedulian terhadap anak terabaikan. Pemerintah telah mengupayakan bantual sosial atau bantuan lain untuk meringankan beban masyarakat, termasuk meningkatkan layanan kesehatan, vaksinasi serta penanganan lain terkait pandemi.

Anak-anak kita sebagai asset masa depan, generasi penerus bangsa sangat membutuhkan perhatian sekaligus menjadi tanggung jawab kita bersama.

Hari Anak Nasional (HAN) yang setiap tahun diperingati tanggal 23 Juli hendaknya menjadi momentum penguatan mewujudkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak tanpa adanya diskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun