Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerakan Santri Menulis, Pembelajaran Menepis Berita Hoaks di Kalangan Pesantren

31 Mei 2018   15:44 Diperbarui: 31 Mei 2018   16:13 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: infodesanews.com)

Setelah turun dari lereng Gunung Merbabu (30/5) siang kemarin dalam rangka mengheningkan pikir untuk menulis, kusempatkan menyusuri pusat kota Ambarawa (Kabupaten Semarang), melintasi lingkungan pasar setempat yang sering membuat kemacetan lalulintas.

Di tengah keramaian seputaran Toserba Laris, kutemui seorang penjaja koran dan langsung ambil-bayar sebuah koran lokal. Terpetik berita yang cukup menarik disimak berjudul "Menulis Sudah Jadi Tradisi Umat Islam" (Suara Merdeka, 30 Mei 2018, halaman 6).

Disebutkan dalam pemberitaan bahwa Gerakan Santri Menulis (GSM) yang digelar oleh Suara Merdeka di Pondok Pesantren Az-Zahro Desa Sungapan, Kabupaten Pemalang, Senin (28/5) lalu disambut antuasian para peserta. GSM putaran kedelapan tersebut diikuti 200 peserta terdiri para santri dari berbagai organisasi di lingkungan NU serta para mahasiswa di Pemalang.

Di samping kegiatan ini mendapat dukungan pengasuh pondok yaitu KH Imron Khudori, beliau juga mengharapkan para santri nantinya bisa terus belajar menulis sebab budaya menulis penting dalam penyebaran informasi, baik terkait dengan agama maupun perkembangan zaman sekarang ini. "Dengan menulis semua ilmu dan informasi bisa didokumentasikan dan bisa dipelajari oleh generasi hingga ribuan tahun mendatang," katanya.

Cuplikan berita di atas sungguh menunjukkan telah terjadi kolaborasi antara institusi media (pers)  dengan institusi keagamaan (pesantren). Sebuah kerjasama yang pastinya saling menguntungkan. Di satu sisi para santri dan mahasiswa mendapatkan pelatihan sesuai standard jurnalistik, sedangkan di sisi lain pihak media nantinya bisa mengembangkan sayap dalam arti menampung sumber informasi dapat dipercaya yang diproduk oleh kalangan pesantren.

Dalam konteks kekinian,  melalui Gerakan Santri Menulis (GSM) seperti diungkapkan Redaktur Pelaksana Suara Medeka, Saroni Asikin bahwa melihat kondisi jurnalistik sekarang seorang penulis penting dibekali betapa perlunya melakukan kroscek kepada pihak berkompeten tentang informasi yang hendak disampaikan. Poin ini penting bagi para jurnalis atau penulis karena menyangkut ilmu disiplin bertabayun dan akhlak menulis.

Seiring perkembangan teknologi informasi ditandai merebaknya penggunaan media sosial (facebook, whatsApp, atau sejenisnya) sangat dimungkinkan mudahnya penyebaran informasi tanpa terlebih dahulu mengecek kebenarannya. Informasi hoaks bertebaran di mana-mana, ini sangat berbahaya sehingga di dalam dunia jurnalistikpun juga dikenal dengan "darurat hoaks."

Karenanya dalam menerapkan prinsip jurnalistik dalam kehidupan sehari-hari harus selalu melalui mekanisme cek dan ricek, selalu mengkonfirmasi setiap informasi yang hendak disampaikan kepada pihak-pihak berkompeten atau tanyakan kepada ahlinya.

Nah, banyak nilai yang tentunya dapat dipetik atas berlangsungnya GSM tersebut, di antaranya sosialisasi tentang literasi media (melek bermedia) semakin menyebar menyentuh berbagai lapisan termasuk di lingkungan pesantren-pesantren yang selama ini jarang disentuh.

Kerjasama pelatihan menulis dalam rangka mencerdaskan kehidupan komunitas agama Islam (syukur nantinya menyentuh berbagai komunitas lain) sekaligus juga menjadi ajang pembelajaran bagaimana menepis menjamurnya informasi/berita hoaks yang selama ini hampir pasti setiap hari meluber dan bersifat massif menembus ruang publik media sosial dalam genggaman tangan manusia di manapun.

Kebersamaan dalam memerangi berita hoaks memang tidak cukup hanya mengandalkan regulasi yang dikemas dalam aturan yuridis formal. Lebih dari itu pendekatan terhadap manusia sebagai pengguna maupun pengonsumsi pesan-pesan media menjadi penting dilakukan secara berkelanjutan, dari generasi ke generasi sehingga menggugah setiap insan untuk sadar bermedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun