Mohon tunggu...
Ali
Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Bekasi

Bekasi Bekasi Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Krisis Pak Azis

19 Januari 2022   08:00 Diperbarui: 19 Januari 2022   08:18 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Arthur Humeau on Unsplash 

*

Keesokan paginya hujan turun deras. Pak Azis, yang biasa memanaskan mesin sepeda motornya di pinggir jalan, terpaksa melakukannya di teras rumah. Atap ruang tamunya bocor, istrinya membawakan dua ember untuk menampung tetesan air. Setelah memanaskan sepeda motor, Pak Azis membantu istrinya mengepel. Dua putri mereka sudah berangkat ke sekolah.

Tukang koran langganannya baru datang setelah jam tujuh dan seperti biasa ia membeli dua koran berbeda untuk ditaruh di kios cukurnya. Ia meninggalkan rumah jam setengah sembilan dengan memakai mantel hujan berwarna kuning.

Hujan baru reda sesaat sebelum Pak Azis tiba di kios cukurnya. Warung nasi Bu Yayah masih tutup. Pak Azis membuka tirai, memasang tanda 'BUKA' di pintu, menyapu lantai, mengeluarkan peralatan cukurnya, menyiapkan handuk dan kain penutup tubuh. Ia menyetel TV dan langsung menemukan saluran favoritnya. Tapi ia tidak menontonnya, matanya sangat mengantuk. Sambil menunggu pelanggan, ia tidur sebentar.

Ia terbangun ketika mendengar seseorang mengetuk pintu. Seorang pria berpenampilan rapih melangkah masuk ke dalam. "Tolong potong sedikit, Pak Azis," kata pria itu, tahu nama Pak Azis dari plang di depan: 'Barbershop Pak Azis'. Pria itu membuka jas hitamnya, menggantungnya di dinding, lalu duduk di kursi paling kiri. Pak Azis membungkus badan pria itu dengan kain dan menutup bagian lehernya dengan handuk bersih. Ia baru akan menyemprot rambut pria itu ketika ponsel pria itu berdering. "Sebentar, Pak Azis," kata pria itu, bangkit dan melangkah ke luar.

Pak Azis bisa mendengar kata proyek, bank, tender dan jumlah uang yang besar. Ia merasa terhormat, ini pertama kali orang penting datang ke tempatnya. Setelah kira-kira lima menit pria itu sudah kembali ke tempat duduknya.

"Lanjut Pak Azis!"

Meski berpengalaman menangani bermacam karakter rambut, ia cukup berhati-hati menangani pelanggan yang satu ini. Sepertinya tidak banyak yang akan dilakukannya. Rambut pria itu masih pendek dan rapih. Sekalipun begitu, menurutnya, menjadi tukang cukur lebih dari sekedar memotong rambut. Ini tentang membuat seseorang tampil lebih baik.

Setelah mengamatinya sebentar, ia tahu bagian mana yang perlu dipotong. Jambang pria itu terlihat kurang simetris, pun dengan bagian belakangnya yang sedikit menonjol. Ia memotong bagian pinggiran belakang kepala berlanjut ke bagian belakang cuping dan jambang. Ia kemudian menyisirnya, lalu dipotongnya bagian sana dan sini, dan setelah itu ia berhenti sebentar untuk memberi kesempatan pada pria itu untuk bercermin. Dilihatnya pria itu menengok jambang sebelah kanan dan kirinya, dan tersenyum.

"Mantap, Pak Azis!" kata pria itu.

Pak Azis membersihkan kepala dan leher pria itu dari sisa potongan rambut, melepas handuk di leher dan kain penutup tubuh, dan memberikan sedikit pijatan supaya lebih segar. Puas dengan layanan Pak Azis, pria itu memberikan seratus ribu rupiah dan menolak uang kembaliannya. Pria itu kemudian mengambil jasnya, lalu menjabat tangan Pak Azis seperti baru saja menyepakati suatu bisnis. Pak Azis tersenyum kecil sambil memandang pria itu naik ke dalam Camry-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun