Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bugis Street Singapore, Oase Belanja Para Pejalan Kaki

29 November 2014   10:24 Diperbarui: 11 Januari 2022   18:03 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu sudut di Bugis Street pada Jumat 28 November 2014

Jangan mengaku pernah ke Singapura jika tak berbelanja di Orchard. Itu semboyan bagi mereka yang suka belanja baju dan berbagai macam perlengkapan fashion di tahun 1970-an. 

Rupanya semboyan itu sudah ketinggalan zaman. Orchard mah kini selera emak-emak berduit, kata anak masa kini. Lalu dimana tempat anak-anak remaja, para turis serta perempuan-perempuan ngetrend dari dalam dan luar negeri Singa ini berbelanja baju?

Datanglah sekali-sekali, atau seringkali ke Bugis Street. Anda akan melihat geliat trend baru masa kini bagi mereka yang suka berbelanja baju. Tak perlu bermerek, yang penting gaya dan tak ketinggalan zaman. 

Blusukanlah di Bugis Street, salah satu pusat perbelanjaan baju-baju “modis dengan harga kakilima” di Singapura tak jauh dari stasiun Mass Rapid Transport (MRT) Bugis, hanya dua stasiun dari Orchard.

Bugis Street lama, sebelum 1970-an sungguh berbeda citranya dengan Bugis Street di tahun 2000-an.

Penduduk setempat pun ingat, bahwa dulu kawasan di sekitar Victoria Street dan Queen Street di jantung keramaian kota Singapura ini sebagai “kawasan kalangan transgender”, dan di atas pasar Bugis itu dulu tempat hiburan malam.

Kini? Pasar Bugis itu sudah menjadi pasar baju, rok, asesoris pakaian, suvenir dan bahkan pusat mode kelas menengah Singapura dengan harga terjangkau. 

Bagian lantai bawah Pasar Bugis ini dijejali pedagang-pedagang – dari yang kelas kaki lima, sampai yang kelas turis. Sementara di lantai dua dan tiga yang dulu jadi tempat hiburan malam, kini disulap menjadi pusat perbelanjaan baju yang ngetrend masa kini.

Tidak heran, jika Anda pergi berbelanja baju di siang bolong, akan banyak sekali menjumpai anak-anak remaja, gadis dan turis-turis dengan baju ngetrend keluar masuk kios-kios kecil yang berjejal baju di Bugis Street. 

Baik remaja lokal, maupun turis ngetrend, berseliweran tak henti-henti membolak-balik rok ataupun blouse. Penjajanya? Cantik-cantik dan modis pula...

Harga? Lumayan terjangkau kalau dibandingkan dengan perbelanjaan menengah di Jakarta seperti Blok M Square, atau beberapa perbelanjaan di Bandung sekelas Bandung Trade Centre (BTC) atau Bandung Indah Plaza (BIP). 

Rok yang modis, harganya pun masih di bawah 20 dollar Sing, dan bahkan sangat banyak yang seharga 10 dollar (seratus ribuan rupiah). Kelas obralan yang “seratus ribu tiga” pun banyak...

Pusat wisata belanja
Tidak heran, jika kawasan Bugis Street kini dipromosikan oleh Dinas Pariwisata setempat sebagai “pusat wisata belanja kakilima” terbesar di Singapura.

Tidak hanya menyajikan tempat perbelanjaan yang komplet, akan tetapi juga mudah dijangkau publik dengan transportasi publik MRT, serta lengkap dengan berbagai fasilitas hotel – dari yang berbintang, sampai yang kelas “backpacker”.

Di dalam pasar pun dilengkapi tempat penukaran mata uang asing, menerima pula Rupiah. Dan yang penting – tidak pengap seperti umumnya pusat belanja kaki lima dimana pun, akan tetapi sejuk dan bahkan dingin. Penuh senyum cantik.

Bagi para pria remaja, Bugis Street adalah juga “surga cuci mata”, lantaran umumnya pebelanja remaja mengenakan celana pendek jins, atau kaus-kaus santai. Juga rok-rok mini pebelanja. Sementara tak jauh dari Pasar Bugis ini, masih ada tempat nongkrong lain yang lebih elit ketimbang Bugis Street, seperti Bugis Junction.

Sedangkan kakilima yang lama, tak jauh dari gedung Albert Centre, juga dibuatkan semacam promenade sendiri (jalan ditutup untuk kendaraan, dan hanya untuk para pejalan kaki serta pedagang kakilima.

Setiap hari, siang dan malam, restoran di sekitar Bugis Street dan Bugis Junction maupun Albert Centre ini selalu dipadati orang. Nggak peduli, mereka yang makan, atau yang sekadar ‘hang out’ dan cuci mata...

Dan inilah yang tidak dimiliki kota besar seperti Jakarta, misalnya. Selain lokasi belanja yang ramai ini gampang dicapai transportasi massal, juga kawasan Bugis Street adalah kawasan yang sangat ramah bagi pejalan kaki.

Tidak ada lokasi trotoar yang dikuasai penjual kakilima. Trotoar-trotoar semuanya mulus, lebar-lebar, dan nyaris tak terputus untuk dijalani para manula sekalipun ataupun para cacat fisik dengan kereta roda mereka.

Bukan trotoar yang buntu di sana-sini oleh pedagang kaki lima atau parkir kendaraan. Sementara pejalan kakinya harus tumpah ke jalan raya, dan menyabung keselamatannya dengan kendaraan-kendaraan lalu lalang seperti Jakarta....

Pendek kata, Bugis Street benar-benar “surga” bagi mereka yang suka belanja. Dan oase bagi para pejalan kaki, yang meregang rasa pegal setelah penat naik turun MRT di Singapura yang sungguh ramah publik itu...

@ Singapura, Sabtu 28 November 2014


Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun