Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tan Joe Hok: Senang Lihat Fajar dan Rian Juara

16 Januari 2023   09:20 Diperbarui: 16 Januari 2023   09:38 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar Alfian dan Muh Rian Ardianto (Foto Getty Images/Shi Tang)

Minggu malam itu, Oom Tan Joe Hok -- biasa demikian aku memanggilnya -- menelpon girang. Saya kebetulan berada di sebuah hotel di Yogyakarta. Juara All England 1959 itu menelpon karena mendengarkan ulasan saya di Radio El Shinta Minggu (15/01/2023) petang tentang kemenangan Fajar dan Rian di Malaysia Open, gelar pertama pasangan keren Indonesia itu di turnamen bulutangkis WBF  kategori Super 1000 dan sekaligus gelar pertamanya dalam posisi sebagai pasangan nomor satu dunia...

"Aku setuju ulasanmu...," tutur Oom Tan Joe Hok, alias Hendra Kertanegara," Masih ingat aku?" kata Oom Joe Hok pula, yang dulu memang akrab, setiap berbincang bulu tangkis. Bahkan pernah pula bersama beliau, suatu ketika saya meliput final Piala Thomas di Kuala Lumpur di era Liem Swie King. Oom Joe Hok waktu itu manajer tim Piala Thomas, zaman pasangan ganda putranya masih Kartono/Heryanto, dan Eddy Hartono/Liem Swie King.

Beruntung, Minggu malam itu Oom Joe Hok panjang lebar menelpon, sembari "mengulas" perkembangan bulu tangkis Indonesia, yang saat ini tengah perlu perhatian serius, terutama di sektor Tunggal Putri, Ganda Putri, Ganda Campuran dan juga Tunggal Putra.

Intinya, Oom Joe Hok senang sekali menyambut kemenangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto yang menang rubber game atas pasangan China, Liang Wei Keng/Wang Chang 21-18, 18-21, 21-13. 'Setidaknya kita mendapat satu gelar, sementara tuan rumah tidak kebagian gelar satupun," ujar Oom Joe Hok pula.

Di tunggal putri, meski Gregi (Gregoria Mariska Tunjung) sempat lolos ke 16 besar sebelum ditundukkan pemain Taipei, Wen Chi Hsu rubber game, secara keseluruhan memang masih jauh dari penampilan pemain-pemain India, Thailand, Jepang, apalagi Korea Selatan dan China.

"Saya setuju pendapat you....," kata Oom Joe Hok. Mosok, Indonesia yang memiliki penduduk 274 juta dan ribuan kepulauan dari Sabang sampai Merauke, tidak ada pemain yang baik? Sudah saatnya, PBSI melakukan talent scouting keliling Indonesia.

Pemain-pemain tunggal kita, terlihat mengambil bolanya sudah membuat badannya melengkung ke belakang. Pertanda kedodoran. Sebentar lagi bisa-bisa kena cedera punggung. Sementara di ganda putri, prihatin juga melihat pasangan terbaik Indonesia kini, Apriyani Rahayu/Siti Fadia kemungkinan perlu istirahat lantaran Siti Fadia cedera ankle (otot di tumit), yang jika dipaksa bisa menjalar ke otot betis sobek.

"Saya juga pelajari kesehatan, jadi saya tahu," komentar Oom Tan Joe Hok, tentang pasangan ganda putri Indonesia yang memiliki prospek, dan awal tahun ini melejit pesat peringkatnya masuk 10 besar dunia, dan bahkan lima besar. Hanya dalam waktu kurang dari setahun, setelah Apriyani Rahayu ganti pasangan dengan Siti Fadia, setelah pasangannya peraih emas Olimpiade 2020 Greysia Polii gantung raket.

"Semestinya memang perlu dicari, pemain-pemain tomboy seperti Apriyani, dan Liliana Natsir...," kata Oom Tan Joe Hok pula. Dari raketnya dan bermain di ganda campuran, Liliana Natsir sudah mengantungi setidaknya satu medali emas olimpiade, juara dunia, piala dunia, bulu tangkis Asia, Asian Games.... Dan di super series? Wah, Liliana Natsir sudah merebut 20 gelar juara, bersama pasangan legend nya, Nova Widianto (yang sayang sekali, kini melatih di Malaysia).

Ganda Putra Prospek Cerah

Di sektor ganda putra, Indonesia memang prospeknya cerah. Selain Fajar Alfian dan Muh Rian Ardianto menempati posisi nomo satu dunia, masih bertahan pula di lima besar, pasangan senior Moh Ahsan/Hendra Setiawan di peringkat kedua. Luar biasa...

Di bawah kedua ini, masih ada The Minions Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (juara All Englend 2017, 2018) yang belakangan boleh dikata menurun, serta juara All England 2022 Bagas Maulana/Moh Shobibul Fikri. Banyak pilihan di ganda putra. Termasuk di bawah mereka, masih ada lagi.

Catatan khusus, pasangan Bagas Maulana/Moh Shohibul Fikri -- yang memiliki kecepatan dan ketajaman mendekati gaya permainan pasangan legendari dulu, Tjuntjun dan Johan Wahyudi -- membuat kejutan tersendiri, ketika dalam penampilan debut mereka di All England 2022, mereka langsung juara. All England, sudah menjadi tradisi merupakan turnamen barometer dunia. Siapa yang tampil juara di turnamen ini, biasanya memiliki prospek cerah...

Meski masih memiliki prospek cerah, setidaknya di ganda putra namun menurut Tan Joe Hok, Indonesia mesti bebenah. Mencari materi baru, terutama di tunggal putra, tunggal putri, ganda putri dan juga ganda campuran.

Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christy masih terbaik dari Indonesia sampai saat ini. Tetapi sudah waktunya mencari materi baru lagi, melalui talent scouting yang lebih cermat. Bukan sekadar juara di seleksi, akan tetapi juga memiliki prospek seperti dulu Indonesia menemukan pemain sekelas Alan Budikusuma, Ardy Wiranata, Hermawan Susanto, Joko Supriyanto di era-era menjelang Olimpiade Barcelona 1992. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun