Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mendadak Tenis di Kalangan Para Artis

13 November 2022   11:40 Diperbarui: 14 November 2022   10:29 2656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yayuk Basuki dan Raffi Ahmad di "Tiba Tiba Tenis" (by Vindes Sport)

"Tetapi (tenis) kita saat ini memang sedang terpuruk. Walaupun kita sudah memperlihatkan bahwa tenis di Asian Games 2019 kemaren kita dapat medali emas. SEA Games 2021 Vietnam juga ada medali emas (melalui ganda campuran Christopher Rungkat/Aldila Sutjiadi). Tetapi kita mesti melihat secara keseluruhan. Secara keseluruhan kita masih dibawah. Masih perlu motivasi, mudah-mudahan di masa datang ada lagi atlet tenis yang berprestasi," kata Yayuk dalam wawancara live streaming itu.

Yayuk memang tidak mengungkapkan dalam wawancara itu, bahwa pemerintah saat ini tidak memperhatikan tenis. Terbukti dengan tidak dimasukkannya cabang olahraga tenis menjadi salah satu cabang prioritas dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dicanangkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) 2021. Meski, jelas-jelas di hampir setiap multi event termasuk Asian Games, SEA Games, cabang tenis hampir selalu andil medali emas untuk Indonesia. DBON bahkan lebih memperhatikan beberapa cabor yang bahkan bukan cabang olahraga Olimpiade.

Apa yang dilakukan para artis Indonesia di panggung Senayan Tennis Indoor ini lebih dari sekadar promosi, akan betapa menariknya cabang olahraga tenis. Bahwa tenis tidak hanya bisa atraktif sebagai tontonan (apalagi jika dimainkan oleh petenis kelas dunia). Tenis adalah juga sebuah cabang  olahraga yang memiliki berbagai nilai pendidikan yang positif bagi pembinaan karakter seseorang.

Olahraga edukatif

Nah... pertanyaannya pada pemerintah, mengapa sampai cabang olahraga yang sudah sejak lama terlacak jejak tradisi emasnya di olahraga Indonesia, malah tidak diprioritaskan dalam Desain Besar Olahraga Nasional? Apa salahnya? Termasuk juga Sekolah Olahraga di Ragunan yang selama ini melahirkan banyak olahragawan dan petenis nasional pun, dibubarkan?

Tenis bukan jenis olahraga yang sekadar mencari kemenangan, mencari medali, dan mengejar emas habis perkara. Akan tetapi cabang olahraga yang memiliki nilai edukatif tinggi. Salah satunya, bahwa untuk menonton tenis pun, orang perlu belajar bagaimana menghitung skornya yang unik itu, aturan ketat permainan, dan berbagai teknik permainan yang hampir semuanya mempunyai nama julukan khas. Ada tie break, ada deuce, ada ace, double fault, Grand Slam....

Seperti ketika pasangan Gading Marten dan Wulan Guritno menghadapi Dion Wiyoko dan Enzy Storia. Penonton pun belajar cara menghitung tenis. Karena skor diperagakan, serta diucapkan dalam bahasa Inggris oleh wasitnya. Bahwa skor tenis itu tidak seperti bulu tangkis, dapet poin angkanya langsung urut, 1, 2, 3. Tetapi skor tenis pertama itu 15, trus 30, trus 40, baru game. 

Dan bagaimana repotnya melakukan pukulan servis, kudu masuk "bidang servis" yang letaknya diagonal. Servis kudu masuk kotak servis. Tidak jarang, Gading Marten ataupun Dion Wiyoko melakukan double fault atau salah ganda dalam servis, karena pukulan servisnya nggak masuk bidang servis.

"Pegang raket pun baru empat kali...," seloroh Dion Wiyoko, ketika ditanya pewawancara di ruang ganti sebelum tampil bermain. 

Tidak mudah untuk melakukan pukulan dasar sekalipun. Jangankan memukul. Bahkan untuk memegang raket pun tidak asal pegang raket. Akan terlihat, setiap pemain memiliki kecenderugan memegang dengan teknik apa? Teknik Continental (Shake hand Grip) alias memegang ujung gagang raket seperti orang bersalaman. Atau Western Grip alias Geblek Kasur. Persis seperti kalau kita memegang geblek kasur saat memegang handel raket.

Memukul pun tidak langsung bisa seperti menepok bulu tangkis. Seseorang harus belajar pukulan demi pukulan, agar bola tenis itu bisa ditepok, dan mantul dari raketnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun