Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[In Memoriam] Gus Im dan Tombak Nenggala

1 Agustus 2020   17:21 Diperbarui: 4 Agustus 2020   05:56 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar twitter soal Gus Im meninggal (NU) (Sumber: www.kompas.com)

Berapa nilai mahar Nenggala "simbol pemimpin negeri" ini? Ketika saya peroleh dari petani di desa Kebumen, tombak itu saya mahari Rp 400 ribu. Ketika dibeli paksa Gus Im, saya tidak menghitung uang yang diselipkan di "singep" (kain pembungkus) Nenggala saya, lantaran saya sangat kehilangan tombak kesayangan saya yang pernah ikut dipamerkan di Pameran Seni Tosan Aji di Bentara Budaya Agustus 1996 itu. 

Saya padahal hanya meminta ditukar dengan satu pak rokok putih, merek apa saja. Eh, ternyata yang diselipkan di singep ada Rp 10 juta. "Beli rokok putihnya saja sendiri....," kata Gus Im.

Cerita tentang Nenggala Pemimpin Negeri ini belum berhenti di situ. Suatu ketika Gus Im bermuka muram, mendung, dan bertutur, "sedang tidak sependapat dengan 'suheng' nih..," gerutu Gus Im.

Suheng alias Guru Besar adalah sebutan jika Gus Im mengunjuk Gus Dur, abangnya. Kepada Zaenal, tombak Nenggala itu minta diubah. Bagian yang lurus, yang berpamor Pandhita Abala Pandhita, diminta untuk ditempa melengkung di Madura. Sedangkan yang semula melengkung ke bawah, berpamor Raja Abala Raja, diminta untuk diubah, ditempa lurus. Tegak ke atas.

"Urusan pemimpin negeri kok seperti tombaknya Jimmy," kata Gus Im pada Zaenal. 

Zaenal yang disuruh menempa sampai geleng-geleng kepala. Tombak bagus-bagus, besar dan gagah, utuh, malah diotak-atik. Diubah seperti kemauan Gus Im.

Dan rupanya, di panggung politik, sang Pandhita Abala Pandita ternyata turun tahta. Seperti tombak Nenggala. Gus Dur diganti oleh Wakil Presidennya, Megawati Soekarnoputri. Kabarnya, menurut Gus Im, tombak Raja Abala Raja si Nenggala itu diberikan pada pemimpin negeri yang baru tersebut. Wallahualam....

Dan sebenarnya tidak hanya satu kali itu saja, Gus Im yang memang sangat klandestin tak mau tampil di depan publik itu, menunjukkan intuisi politik melalui simbol tosan aji. Sebelum peristiwa Pandhita Abala Pandhita dan juga Raja Abala Raja itu, Gus Im pernah bertingkah aneh.

Suatu ketika sebelum 1998, Gus Im menitipkan banyak sekali senjata tradisional, dari anak panah dari Papua, sampai pedang, tombak dan segala macam senjata tajam di sebuah pojokan ruang tamu rumah kontrakan Zaenal, ahli warangan asal Madura itu. Kebiasaan, Gus Im selalu "meramalkan" situasi politik melalui tosan aji, kepada teman-teman perkerisan, tidaklah asing.

Dan ternyata, beberapa bulan setelah titipan berbagai senjata itu terjadilah kerusuhan Mei 1998 yang mengerikan itu. 

"Aku titipkan senjata-senjata ini ya Nal," kata Gus Im pada Zaenal, sobat dekatnya di perkerisan, seperti juga teman dekat kami berempat, berlima yang sering ngumpul di pinggiran Kali Malang. Juga dokter Ben, yang ketika Gus Dur naik tahta jadi Presiden, dokter militer penggemar tosan aji ini pun beruntung naik pangkat di lingkungan Departemen Hankam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun