Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Juga Pernah Sumbang Australia!

25 Februari 2015   13:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:32 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upaya Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mencoba mengetuk hati Pemerintah Indonesia dengan segala cara agar dua warganya yang menghadapi hukuman mati karena terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kejahatan narkoba, termasuk dengan mencoba mengaitkan bahwa Pemerintah Australia saat Indonesia dilanda tsunami tahun 2004 memberikan bantuan senilai $1 miliar dolar, mendapat berbagai tanggapan, termasuk dengan pengumpulan koin. Tentu saja masih perlu dibuktikan apakah angka itu benar-benar direalisasikan atau tidak, dan kalau melihat kerusakan yang terjadi saat itu maka bantuan Australia itu tentu saja tidak memadai.

Namun sebenarnya PM Abbott hendak mengetuk hati Pemerintah Indonesia agar jangan melakukan eksekusi mati tersebut. Barang kali yang perlu dijelaskan kepada Australia adalah bahwa Indonesia yang sekarang berbeda dengan Indonesia zaman dulu. Di zaman dulu upaya PM Abbott bisa saja berhasil menggugah hati pemerintah Indonesia, namun saat ini dengan pemerintah yang tegas dan penegak hukum yang lebih transparan, tidak bisa lagi dipengaruhi baik dengan memberikan uang atau dengan apa pun.

Australia juga perlu ingat bahwa saat suatu negara yang mengalami kesusahan, wajar saja dibantu oleh negara lain. Ketika Australia mengalami banjir tahun 2010 misalnya Pemerintah Indonesia memberikan bantuan senilai US $ 1 juta kepada korban banjir di Queensland, Australia. Bantuan itu, menurut Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa untuk meringankan beban para keluarga korban. "Kemarin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan bahwa Indonesia akan memberikan sumbangan sebesar satu juta dolar AS kepada Australia," kata Marty di Jakarta, Rabu 12 Januari 2010 seperti dikutip majalah Tempo.

[caption id="attachment_388511" align="aligncenter" width="480" caption="Indonesia juga pernah sumbang Australia setidaknya dua kali Tony Abbott dalam tahun 2010! (Dokumen ichef.bbci.co.uk)"][/caption]

Dengan demikian apa yang dilakukan Australia dengan membantu Indonesia saat mengalami bencana alam, sama halnya dengan apa yang dilakukan Pemerintah Indonesia saat membantu Australia yang mengalami banjir tahun 2010. Tentu saja jumlah bantuan itu harus disesuaikan dengan kemampuan negara dan rusaknya bencana yang terjadi. Australia saat itu sedang menghadapi bencana banjir terparah dalam sejarahnya di mana sebanyak 10 orang dikonfirmasi tewas, separuh dari mereka anak kecil, dan sebanyak 78 orang hilang di bagian tenggara Queensland.

Dengan kata lain ada saatnya bantuan kemanusiaan itu dikaitkan dengan bantuan kemanusiaan. Saat itu Marty mengatakan Australia sering memberikan bantuan saat Indonesia terkena bencana seperti tsunami dan gempa. "Ini adalah bentuk kepedulian sesama negara," ujarnya.

Tapi bukan hanya sekali saja Indonesia membantu Australia. Sebelumnya Indonesia juga memberikan bantuan senilai US $ 1 juta kepada korban bencana kebakaran semak- belukar di negara bagian Victoria, Australia pada Februari 2010.

Dengan kata lain sikap panik dan kekanak-kanakan PM Tony Abbott ini tidak perlu ditanggapi dengan emosional oleh Indonesia, terutama warga Aceh karena sikap Abbot itu tidak mewakili warga Australia yang bisa melihat peristiwa dengan bijak seperti yang diungkapkan oleh Menlu Australia Julie Bishop sendiri. Jangan biarkan luka lama di Aceh dibuka kembali hanya karena sikap kurang bijak dan dewasa seorang PM Abbott.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun