Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Ekspor Indonesia Meningkat? Percakapan dengan Petani Lada dari Bengkulu

9 Maret 2020   08:46 Diperbarui: 9 Maret 2020   11:02 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Entah bagaimana mulainya. Tapi petani muda itu bertutur bahwa dia ingin mendukung perekonomian Indonesia namun dia beranggapan belum semua masyarakat Indonesia paham. Apa maksudnya? Ayahnya petani lada dulu punya lada sekitar satu ton. Namun saat panen harganya hanya Rp 75 ribu padahal sebelumnya harganya mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

Lalu keluarga memutuskan untuk menahan lada hitam yakni lada yang dipetik dan dikeringkan itu dengan harapan harga akan kembali naik ke Rp 100ribu/kg. Enam bulan ditunggu bukan naik, ternyata turun menjadi Rp 50 ribu/kg. 

Setahun kemudian harganya malah tinggal Rp 25 ribu/kg. Akhirnya keluarga memutuskan untuk menjualnya, karena kalau terlalu lama bisa menjamur dan tidak bisa diolah lagi nanti untuk dijadikan sebagai lada putih (yang sudah diolah).

Mungkin belum begitu jelas terlihat kaitannya dengan peningkatan ekspor Indonesia yang tahun 2019 hanya AS$ 167,5 miliar. Presiden Jokowi sering tidak senang mendengar laporan peningkatan ekspor oleh pejabat karena kenyataannya masih di bawah negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Ternyata banyak sekali yang ikut memengaruhi peningkatan ekspor ini. Petani lada Bengkulu tadi melanjutkan ceriteranya bahwa di sana banyak sekali pencurian. Malam sebelum panen, tiba-tiba lada yang sangat banyak buahnya itu hilang bagian bawahnya. 

Rupanya malam mulai pukul 20.00 hingga pagi para pencuri mengambil buah lada yang di bagian bawah (di bawah 4 meter). Yang di atas tidak diambil karena biasanya memerlukan tangga. Siapa pencurinya? Tidak lain para tetangga juga. 

Ketika tetangga yang tidak memiliki ladang lada itu ditanya dari mana buah lada yang dijemur di depan rumahnya, mereka banyak dalih antara lain dikumpulkan dari kebun yang ada satu dua tanaman ladanya. Sebagai masyarakat tidak mungkin melakukan investigasi.

Jadi ingat kita kisah nenek yang mencuri tiga buah kakao milik perusahaan dan dihukum di pengadilan. Namun sepertinya masyarakat kita mentolerir karena melihat sisi kemanusiaannya.

Ketika hidup bekerja di Jepang beberapa waktu lalu, sempat merasakan keadilan dan kejujuran orang Jepang. Mereka berpandangan kalau bukan milik kita kita tidak boleh mengambilnya karena tanpa kita sadari kita akan kehilangan tiga kali atau empat kali lebih besar.

Prinsip lain yang mereka pegang teguh yakni jangan pernah melakukan perbuatan yang tidak baik walaupun tidak ada yang melihatnya sebab terang itu melihat. 

Seorang pimpinan perusahaan di Hiroshima menceriterakan bahwa setiap hari dia bisa mengambil uang perusahaan senilai Rp 1 miliar dan tidak ada yang tahu. Namun karena ajaran yang diterimanya sejak kecil itu, maka dia tidak akan melakukan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun