Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia, Jangan Menjadi Bangsa Pengeluh!

2 Agustus 2018   10:15 Diperbarui: 2 Agustus 2018   10:57 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjelang peringatan 73 kemerdekaan negeri kita tanggal 17 Agustus 2018 ini, tentu ingatan akan penderitaan bangsa kita selama 350 di bawah kekuasaan Belanda dan 3,5 tahun di bawah Jepang tidak akan kita lupakan begitu saja.

Bahwa angka kemiskinan untuk pertama sekali dalam sejarah berada di bawah 10 persen tahun 2018 ini, bukan sesuatu yang harus diperdebatkan tapi lebih baik diupayakan dandicarikan jalan keluar bagaimana caranya agar angka itu lebih kecil lagi, termasuk bagaimana menurunkan angka gini sehingga pemerataan kekayaan negara seperti disarankan Adam Smith bisa lebih terwujud.

Adam Smith orang Skotlandia yang tidak pernah menikah dan meninggal dunia tanggal 19 Juli 1790 itu menulis buku yang terkenal "The Wealth of Nations" dan diterbitkan tanggal 9 Maret 1776. Dia mengatakan tidak ada gunanya kemajuan suatu negara jika masih banyak orang miskin di negara itu. 

Setiap kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia sebaiknya kita kenang lagi seperti apa penderitaan yang dialami nenek moyang kita untuk merebut kemerdekaan yang pernah dirampas bangsa asing itu. Kalau sekarang ini ada anggapan seolah-olah kebebasan itu dibatasi terutama dalam bidang pelaksanaan agama, itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan pembatasan yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang zaman dulu. Untuk keluar rumah saja orang takut di zaman penjajahan karena bisa ditembak mati tanpa proses hukum.

Apa yang bisa kita lakukan saat ini saat rupiah sudah menjadi mata uang resmi dan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional, serta kekuatan ekonomi Indonesia berada pada urutan ke-16 dari 194 negara yang ada di dunia?

Setidaknya kita tidak boleh menjadi bangsa pengeluh, yang setiap hari kerjanya hanya mengeluh. Lebih baik masyarakat kita dididik untuk lebih cerdas dan lebih kreatif sehingga dapat mengelola kekayaan dan keindahan alam untuk mengurangi kemiskinan dari Papua hingga Sumatera. Anak-anak muda Indonesia sudah terbukti tidak kalah dari bangsa lain ketika diberikan kesempatan.

Di sekolah, keluarga, pekerjaan, atau di manapun masyarakat Indonesia perlu mengubah perilaku dari orang yang suka mengeluh menjadi orang yang cerdas dan kreatif. Kalau ini bisa diterapkan, jumlah orang miskin di Indonesia akan lebih berkurang lagi.

Kita senang kalau anak-anak muda Indonesia menjadi ahli ekonomi seperti Ekonom muda Perancis Thomas Piketty (kelahiran Clichy, Perancis, 7 Mei 1971) yang dalam usia belia (23 tahun) sudah menjadi Ph.D dalam ilmu ekonomi dan menulis buku Capital in the Twenty-First Century (2004) yang berpendapat bahwa sistem keuangan/perpajakan saat ini belum memenuhi aspirasi masyarakat.

Sistem pembagian gaji bagi para pekerja dan pemilik modal termasuk untuk para penguasa perlu ditinjau kembali agar seluruh rakyat Indonesia dapat menikmati hasil pembangunan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun