Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rekaman Dirut PLN, Beda dengan Jepang

29 April 2018   15:23 Diperbarui: 29 April 2018   19:24 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tersiarnya rekaman percakapan telepon antara Dirut PLN Sofyan Basir dan Menneg BUMN Rini Suwandi menjadi kontroversi.

Sebenarnya yang membuat itu masalah karena pihak Sofyan Basir katanya mau menuntut. Seharusnya Sofyan Basir tidak perlu menanggapinya. Justeru karena menanggapi antara lain dengan memgatakan bahwa dia sadar sudah direkam, kutipannya tidak utuh, dipotong-potong, kejadiannya sudah dua tahun lalu dan proyeknya tidak jadi terlaksana, menggambarkan kesan defensif atau membela diri.

Kalau di Jepang pejabat seperti ini setidaknya sudah mundur walaupun sesungguhnya tidak bersalah. Namun demi menjaga kestabilan pemerintahan, maka pejabatnya mengundurkan diri.

Di Indonesia para pejabat belum terbiasa mengundurkan diri. Seharusnya Sofyan Basir perlu mengundurkan diri dengan percakapan yang kurang mencerminkan semangat bersih diri itu. Namun bisa saja Presiden Jokowi tidak harus memenuhi pengunduran diri itu. Misalnya untuk menjaga kesinambungan kinerja PLN.

Tentu sulit bagi Presiden Jokowi untuk menindak kedua pejabat tinggi tersebut mengingat sumbangan mereka untuk mendukung Jokowi terutama untuk memenangi pemilu 2014. Namun untuk tidak dijadikan sebagai pintu masuk menyerang pemerintahan Jokowi, sebaiknya para pejabat bertindak ekstra hati-hati.

Kalau sudah begini repot jadinya.

Tapi itulah bedanya pejabat Indonesia dan Jepang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun