Masih segar dalam ingatan kita saat Walikota Joko Widodo (Jokowi) menata kota Solo. Dulu kota itu dipenuhi preman namun Jokowi berhasil membenahinya dengan pendekatan yang lebih manusia. Cara pendekatan kemanusiaan itulah sesungguhnya yang melambungkan namanya hingga berhasil menjadi gubernur DKI dan kini Presiden RI.
Saat ini kita menghadapi angkutan dalam jaringan (daring). Harus kita akui masyarakat senang karena pelayanannya yang lebih baik dan murah. Dulu harus sering bertanya-tanya di mana alamatnya, tapi saat ini dengan aplikasi internet seperti google map dan weis semua bisa dijangkau dengan cepat.Â
Tentu saja ada akibat yang kurang menggembirakan, terutama bagi perusahaan transportasi yang sudah menikmati keuntungan besar dengan pola lama.
Namun tidak perlu dibesar-besarkan masalahnya, dan Menteri Perhubungan dan pejabat lainnya harus bisa meniru sikap Jokowi yakni mengadakan pendekatan sebaik mungkin agar hasilnya bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya dihimbau agar semua pengemudi daring bersikap sopan dan rapi serta melayani penumpang sebaik mungkin. Lakukan pertemuan dengan para pengemudi dan dengar mereka, apa saran mereka.
Tidak tepat juga membuat anggapan seolah-olah kendaraan daring ini merugikan seperti menyebabkan kemacetan, dan lain-lain. Tanpa kendaraan daringpun kemacetan sudah lama terjadi dan menjadi masalah di kota-kota besar.
Semangat Jokowi yang bertujuan untuk membantu seluruh pengemudi daring serta melindungi pengguna kendaraan daring harus menjadi semangat pejabat daerah dan para menteri, dirjen, direktur dan pelaksana di pemerintahan.Â
Setiap penyelenggara negara harus melupakan dan meninggalkan sikap yang "tidak bisa melihat rakyat senang, atau senang melihat rakyat yang tidak senang."