Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UI Memang Hebat!

6 Februari 2018   10:28 Diperbarui: 6 Februari 2018   10:45 11534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Para mahasiswa dan dosen Universitas Indonesia (UI) pastilah bahagia dikunjungi seorang presiden saat acara dies natalisnya. Dikunjungi menteripun sebuah universitas sudah senang.

Tapi ada yang unik saat Presiden Jokowi bersedia memenuhi undangan untuk menghadiri dies natalis UI ke-68 di kampus Balairung, Depok, kampus yang dulu diresmikan presiden Soeharto dengan "terburu-buru" sehingga jalan menuju ke sanapun belum begitu baik.

Apa yang membuat unik? Barisan wisudawan sarjana yang cerdas-cerdas termasuk magister dan doktor berserta keluarganya?  Atau barisan para guru besar dengan toganya? Kelihatannya walaupun itu penting tapi ada yang lebih menarik. Tindakan seorang mahasiswa berjaket kuning mengacungkan buku berwarna kuning yang kemudian dianggap sebagai kartu kuning saat Presiden mau berfoto....itulah yang menjadi berita. Mengapa?

Ternyata pelakunya seorang mahasiswa Fisika yang juga Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, Zaadit Taqwa. Apa maksudnya mengacungkan kartu kepada Presiden? Rupanya dia ingin agar Pemerintah menuntaskan persoalan gizi buruk di Asmat, Papua; menolak dengan tegas rencana pengangkatan Pj gubernur dari kalangan Polri aktif dan menolak draf Permendikti tentang Organisasi Mahasiswa yang dianggap sangat membatasi pergerakan mahasiswa.

Ketiga tuntutan itu sebenarnya bagus, namun karena dianggap menyinggung presiden, walaupun Presiden Jokowi nampaknya sangat memahami hal-hal seperti itu, maka sikap mahsiswa itu menjadi berita.

Setelah Pemerintah ingin mengirim BEM UI ke Asmat, Zaadit Taqwa secara cerdas mengatakan bahwa mereka tidak mau menggunakan anggaran pemerintah dan mereka akan ke sana dengan biaya sendiri.

Peringatan mahasiswa UI ini juga perlu ditanggapi untuk lebih memicu pemerintah untuk bekerja, bekerja dan bekerja seperti yang dicanangkan Presiden Jokowi sejak awal. Suara mahasiswa UI itu tidak perlu ditanggapi secara negatif karena rakyat Indonesia juga sudah melihat banyak kemajuan di zaman Presiden Jokowi terutama kesederhanaannya dan semangatkerjanya yang luar biasa.

Itu juga sikap cerdas.

Yang penting saat ini sikap cerdas Zaadit Taqwa ini perlu dipupuk agar tetap setia menyuarakan kepentingan rakyat dan  jangan seperti politisi lain yang berlatar belakang aktivis mahasiswa, namun setelah menjadi politisi malah menggerogoti uang rakyat.

Kita tidak mau 30 tahun lagi Zaadit Taqwa masuk bui karena korupsi. Kita senang kalau Zaadit Taqwa jadi pejabat bahkan jadi presiden pun tetap hidup sederhana seperti Pak Jokowi.

Memang UI hebat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun