Tulisan ini merupakan inti dari kisah sahabatku dari China yang menceriterakan kesederhanaan mantan pemimpin RRC Zhu Rongji.Â
Tahun 1987 Zhu menjadi walikota Shanghai, China yang kemudian menjadi kota industri yang sangat maju.Â
Zhu membangun sistem telekomunikasi, pembangunan kota. Saat dia menjadi walikota Shanghai, Zhu dikenal sebagai tokoh anti korupsi dan pembaru ekonomi yang bertangan dingin. Di antara teman-temannya dia tidak terlalu disukai karena berani tampil bersih sehingga teman-temannya merasa dibuat menjadi "kotor" dengan kebersihan Zhu. Ya mungkin seperti Jokowi, Ahok, Rismarini dan Ridwan Kamillah di Indonesia.
Saat menjadi walikota itu Zhu berhubungan dengan Jiang Zemin. Zhu dikenal sangat dispilin termasuk dengan keluarganya. Suatu saat dalam acara makan malam dengan keluarganya, salah satu anggota keluarganya meminta kemudahan agar bisa pindah ke kota Shanghai. Tapi Zhu menolaknya dengan mengatakan bahwa "apa yang bisa dilakukannya sudah dilakukannya, tapi apa yang tidak bisa dilakukannya tidak akan dilakukannya."
Tahun 1989 terjadi protes besar-besaran di China, termasuk di Shanghai namun Walikota  Zhu tidak melakukan opresi seperti di Beijing. Zhu kemudian membantu Deng Xiaoping untuk mengurangi dampak Lapangan Tiananmen antara lain dengan mengadakan kunjungan ke Selatan tahun 1992 (1992 Southern Inspection Tour).
Tahun 1990 Zhu memimpin rombongan para walikota RRC ke AS dan Zhu berbicara kepada Presiden Richard Nixon, Henry Kissinger, Bob Dole, dan Nancy Pelosi.
Walikota Zhu berbicara dalam Mandarin dan bahasa Inggris secara lancar yang mendapat pujian media di AS, termasuk tentang Tiananmen. Ketika para wartawan tahun 1990 menjulukinya sebagai Gorbachevnya China, Zhu mengatakan tidak, dia adalah Zhu Rongjinya China ("No, I am China's Zhu Rongji").
Tahun 1998 Zhu dipilih menjadi Kepala Pemerintahan (premier) RRC yang kelima, dan dikenal sebagai pembicara yang handal dan menurut berbagai pihak dia lebih menarik jika berpidato tanpa teks yang sudah disiapkan.
Saat Zhu berkuasa dia memfokuskan pembangunan ekonomi RRC. Dalam menghadapi krisis ekonomi 1997 di Asia, Zhu mengurangi birokrasi RRC hingga separuh pada tahun 2003 dan mengontrol modal dengan ketat, dan mendukung proyek-proyek besar. Menjelang akhir jabatannya tahun 2003 ekonomi RRC tumbuh pesat.
Zhu dikenal sebagai tokoh anti korupsi, bahkan sering dijuluki sebagai Ibu Zhu atau Boss Zhu karena sikapnya yang ketat dan displin dalam pengggunaan uang. Tahun 1998, Zhu meminta tentara RRC untuk lepas dari bisnis yang sering membuat keluarga dan anak-anak tentara kaya.Â
Zhu dikenal dengan pernyataannya yang mengatakan akan menyiapkan 100 peti mati bagi koruptor dan 1 peti untuk dirinya sendiri yang akan mati kecapaian ("I will prepare 100 coffins for the corrupt, and one for me, for I will die of fatigue").