Setelah Presiden Joko Widodo meresmikan bandar udara Silangit di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara menjadi bandara internasional tanggal 24 November 2017, harus diakui jumlah pengunjung yang datang ke Danau Toba meningkat pesat, termasuk kunjungan para perantau ke kampung halaman. Itu kabar baik. Â
Bandara Silangit yang dibangun pada masa penjajahan Jepang itu kini berkapasitas 500.000 penumpang per tahun. Landasan pacu dengan panjang 2.650 x 30 meter, bisa mengakomodasi pesawat berbadan sempit Airbus A320 dan Boeing 737-800.
Sebenarnya Bandara Silangit sudah berstatus sebagai bandara internasional tanggal 28 Oktober 2017 yang ditandai dengan penerbangan perdana Garuda Indonesia dari Bandara Changi Singapura ke Silangit bernomor penerbangan GA 8510 dari Changi, Singapura tepat pukul 13.30 WIB.
Kini sudah ada enam maskapai penerbangan yang mendarat di atau bepergian ke bandara Silangit yakni Wings Air, Susi Air, Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, dan Citilink.
Namun di balik berita baik itu ada kisah yang cukup mengernyitkan dahi. Para pengunjung ke Danau Toba belum bisa menikmati kehidupan wisata pada umumnya. Bagaimana tidak, di bulan Desember dan Januari yang merupakan puncak kunjungan wisatawan ke Danau Toba, fasilitas pengunjung belum merasa nyaman. Â
Kurangnya Peran Pemerintah Daerah
Berjalan dari kota Tarutung menuju bandara Kuala Namu, Medan, yang biasanya ditempuh hanya dengan tujuh jam, namun tanggal 2 Januari 2018 harus ditempuh selama dua belas jam. Apa yang terjadi?
Banyak wisatawan yang sudah memesan tiket ke Jakarta menjadi kehilangan kesempatan. Karena sudah di bandara dan pesawatnya sudah berangkat, maka para pengunjung harus merogoh kantong lebih dalam karena harga yang jauh lebih tinggi dan hanya mau menerima uang tunai.
Setelah diamati lebih dalam, ternyata penyebab kemacetan karena hari pekan ada di perkotaan di sekitarnya seperti Siborongborong, Laguboti, Balige, Porsea, sementara tanpa hari pekanpun ada pusat kemacetan seperti persimpangan di kota yang selalu macet. Seandainya Bupati Tapanuli Utara mau memerhatikan itu dengan melebarkan jalan di sekitarnya dan memberikan petunjuk jalan alternatif saat hari pekan, maka para pengunjung dapat berjalan dengan lebih lancar.
Jalan berlobang-lobang juga ikut membuat kemacetan. Seharusnya pemerintah daerah harus rajin untuk mengawasi agar jangan sampai ada jalan yang berlobang-lobang yang bukan saja tidak membuat nyaman para pengguna jalan tapi bisa membahayakan keselamatan mereka yang pada akhirnya dapat mengurangi minat turis untuk mengujungi Danau Toba.
Akomodasi