Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harapan Seorang Rakyat Kecil

10 September 2017   06:24 Diperbarui: 10 September 2017   07:06 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena listrik mati sejak beberapa jam lalu, aku keluar. Setelah berjalan beberapa langkah, akhirnya kuputuskan masuk warung untuk minum teh. Sambil melihat-lihat telepon genggam, aku duduk dan kebetulan tepat di pojok di mana aku dapat melihat dengan jelas lampu lalu lintas.

Saat itu lampu lintas sedang merah, dan semua kendaraan berhenti, sebuah kendaran umum tepat berada di bagian depan. Di bagian penyeberangan zebra (zebra cross) aku melihat seorang ibu yang sedang berjalan menyeberang. Awalnya biasa saja, tapi makin lama makin cepat; dan dari gerak geriknya mungkin dia sedang mengejar sesuatu. Hampir mendekati ujung jalan, ibu itu hampir berlari. Begitu tiba di seberang, rupanya lampu lalu lintas sudah berubah hijau dan kendaraan siap melaju. Rupanya ibu itu mengarah ke bus kota yang sedang berehnti tu. Aku tak tahu apakah ibu itu sempat masuk bus kota itu. 

Namun ingatanku langsung kembali ke suatu pagi beberapa tahun lalu di kota New York, saat seorang wanita setengah baya mengejar bus kota yang masih berhenti di tempat perhentian bus. Memang jarak ibu yang berlari itu dengan bus yang sedang menunggu itu cukup jauh. Saya bisa melihat ibu itu sangat berharap bisa meraihnya. Kalau tidak, mungkin dia harus menunggu lagi. Saat hampir tiba, ibu itu melambaikan tangannya meminta agar bus itu menunggu. Tapi bus kota itu bergerak dan melaju. Ibu itu tidak dapat meraihnya. Saat itu saya anggap bahwa begitu disiplinnya pengemudi bus kota itu, sehingga sekalipun mungkin dia melihat ibu itu tetap saja dia akan berangkat meninggalkannya karena sudah waktunya.

Sore ini aku melihat ibu yang menyeberang tadi, mengetuk pintu bus kota itu. Karena kendaraan lain sudah mulai melaju, saya tidak tahu apakah pengemudinya akan membukakan pintu atau tidak. Namun begitu pintu mulai bergerak sedikit, dan kemudian terbuka, ibu itu bisa masuk, dan kendaraan melaju. Tentu saja ibu itu harus membayar ongkos di dalam, dan mungkin dia harus berdiri. Namun rasa lega bahwa dia sempat meraih apa yang diharapkannya merupakan sesuatu yang sangat disyukurinya. Saya juga merasa lega menyaksikan itu, walaupun ibu dan pengemdi itu tidak tahu bahwa aku sedang mengamatinya.

Aku langsung ingat negeri tercinta. Muncul keinginan di sanubari agar kendaraan umum bisa dibenahi sehingga akan lebih banyak orang menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi. Hanya dengan itu kemacetan bisa dikurangi. Karena jumlah kendaraan terlalu banyak sementara jalan yang tersedia terlalu sedikit. Namun aku hanya rakyat kecil, tak tahu apa itu bisa terwujud. Semoga ada pembaca yang dapat meneruskannya kepada orang yang bisa membuatnya terwujud.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun