Seorang Bapak, sebut saja namanya Pak Jimin, sejatinya adalah seorang profesional yang cukup sukses dalam dunia kerja yang digelutinya. Namun pada masa purna bakti, Pak Jimin merasa terpuruk.
Kenapa? Mari kita telusuri sebab akibatnya.
Pak Jimin dilahirkan dalam keluarga yang boleh dibilang cukup elit. Ayahnya seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan otomotif yang cukup terkenal pada masanya dan aktif diberbagai Organisasi bahkan juga dunia sepakbola.
Cita-cita Pak Jimin dari kecil untuk menjadi Insinyur pun berjalan lancar berkat dukungan orang tuanya. Gelar Insinyur diperoleh dari sebuah Universitas Swasta terkenal di Jakarta. Sampai saat inipun tidak ada yang mempermasalahkan keaslian Ijazah Insinyur Pak Jimin.
Pak Jimin mulai berkenalan dengan dunia kerja pada saat cuti kuliah. Dia diterima bekerja sebagai karyawan kontrak selama 4 bulan disebuah Perusahaan Perminyakan PMA Inggris. Disitu dia belajar seluk beluk dunia kerja di Perusahaan asing.
Dengan modal itulah, setelah lulus kuliah, Pak Jimin diterima bekerja disebuah Pabrik Elektronik merk terkenal PMA Jepang. Bekerja di Pabrik adalah sesuai dengan jurusan kuliah yang diambil Pak Jimin yaitu Teknik Industri.
Di Perusahaan ini Pak Jimin memulai jenjang karir dari bawah, mulai dari level Operator, kemudian meningkat menjadi Leader, Supervisor, Asisten Manajer dan akhirnya menjadi Manajer.
Dia mendapat kepercayaan dari Direksi untuk mengikuti on the job training di Jepang selama 2 tahun dengan tujuan untuk memindahkan produksi pembuatan produk elektronik dari Pabrik Jepang ke Indonesia.
Setelah sukses dengan proyek ini, Pak Jimin mendapat tawaran bekerja di Perusahaan Jepang lainnya yang juga memiliki kantor cabang di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Presiden Direktur kantor pusat di Jepang yang menemuinya disebuah hotel di Jakarta dan merayunya untuk pindah kerja.
Karena jabatan yang ditawarkan sangat menjanjikan dan gajinya dua kali lipat lebih tinggi, maka tawaran tersebut diterima Pak Jimin.
Di Perusahaan baru, Pak Jimin beradaptasi dengan cepat sehingga karir profesionalnya pun meningkat. Posisinya menjadi orang nomor dua dibawah Presiden Direktur. Bahkan Pak Jimin banyak berperan sebagai Trainer Internal di Perusahaan tersebut untuk membimbing para pekerja disana sehingga banyak yang memanggilnya "guru".