Lord of the Ring... itulah julukan baru dari teman-teman buat gue. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu 2 tahun sejak 2017, sudah ada 5 ring (stent) yang bersarang di jantung gue.
Bermula dari setibanya di rumah setelah menjalankan tugas kantor selama satu minggu di Pasuruan pada Mei 2017, gue merasa sesak nafas dan sesuatu yang tidak enak di dada tapi hanya sebentar. Saat itu gue pikir ini hanya rasa capek saja dan gue pun hanya istirahat saja.
Keesokan harinya, jelang sarapan pagi, rasa itu datang lagi... kali ini lebih hebat. Rasa sesak di dada rasanya seolah-olah habis kena hantam bola basket, ditambah rasa ngilu di rahang sebelah kiri seperti sakit gigi, padahal area gigi sebelah kiri tidak ada lubang sama sekali dan bahu serta tangan kiri pun berasa ngilu susah digerakan. Saat itu juga gue putuskan segera ke Rumah Sakit untuk mengetahui ada masalah apa.
Tiba di Rumah Sakit, langsung masuk IGD dan diperiksa oleh tim medis. Hasilnya luar biasa mengagetkan karena mereka memvonis gue kena serangan jantung koroner. Hah?! selama ini gue ngga punya riwayat sakit jantung, kok bisa ya?
Hanya bisa pasrah setelah itu Dokter merekomendasikan untuk dilakukan operasi pasang ring jantung untuk menanggulangi masalah pembuluh darah yang tersumbat di jantung dan 3 bulan kemudian operasi pasang ring jantung kedua dilakukan di Rumah Sakit dibilangan Jakarta Selatan. Sehingga total sudah 4 ring jantung yang bersarang di jantung gue.
Cukup banyak aturan yang harus ditaati untuk penyandang penyakit jantung koroner seperti gue, selain aturan jaga makanan, wajib olah raga ringan tiap hari, tidak boleh stress sampai wajib minum obat-obatan setiap hari seumur hidup yang akhirnya banyak merubah gaya hidup gue. Sebulan sekali pun wajib check up ke Dokter Spesialis Jantung untuk kontrol dan minta resep obat-obatan. Untungnya, semua itu ditanggung BPJS, sehingga gue cuma mengeluarkan ongkos transport dan parkir saja.
Kunci untuk penyandang penyakit jantung koroner adalah disiplin menjalankan aturan itu semua. Awalnya gue pun disiplin, tapi lama kelamaan disiplinnya mulai luntur karena merasa sudah sehat. Alhasil kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan tersebut lambat laun mulai ditinggalkan. Yang paling parah adalah... gue mulai malas minum obat!
Apa yang terjadi kemudian?
Agustus 2018, saat sedang asyik kerja di kantor, serangan jantung kedua gue alami lagi. Kali ini staff kantor segera melarikan gue ke RS Pusat Jantung Nasional di Jakarta Barat karena tidak mau ambil risiko ditangani Rumah Sakit lain.Â