Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Money

Mencermati Pesan di Balik Artikel A. Tony Prasetiantono

7 Agustus 2017   11:37 Diperbarui: 9 Agustus 2017   09:34 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

re : Harian Kompas, 7-8-2017, Analisa Ekonomi, 'Benarkah Daya Beli Menurun?'

Masyarakat diduga cenderung menabung untuk berjaga-jaga. Mengerem belanja karena persepsi konsumen terhadap prospek ekonomi.

Mungkinkah persepsi negatif muncul jika fakta sehari-hari yang dirasakan bertentangan?

Tentu tidak!

Persepsi adalah rangkuman pemikiran dan dugaan berdasarkan citra dan kesan yang terbangun dibenak kita sesuai kenyataan yang disaksikan dan dialami.

+++

Untuk menanggapi tantangan 'persepsi' itu -- sebagai strategi pamungkas jangka pendek --pemerintah seyogyanya konsisten meneruskan upaya pembangunan infrastruktur. Rasio hutang Indonesia terhadap PDB (28%) sebetulnya relatif rendah dibanding negara lain. Obama pun memperlebar defisit APBN nya ketika pemerintahannya diterpa kelesuan ekonomi.

Tapi mengapa sekarang Donald Trump berbalik 180 derajat terhadap semangat liberalisasi ekonomi yang selama ini diagungkan kapitalisme yang dijunjung bangsanya? Bahkan ia terang-terangan mengumandangkan kepada dunia tentang sikap dan kebijakan proteksionisme untuk mengatasi defisit perdagangan ratusan miliar dollar dengan negara-negara mitra dagangnya, terutama Cina.

+++

Langkah Obama melonggarkan defisit anggaran untuk memompa perekonomian sehingga mampu menopang tingkat konsumsi masyarakat adalah satu hal. Tapi semua itu ternyata tidak mewariskan kemampuan dan daya saing perekonomiannya. Alih-alih menyebabkan dampak negatif yang berkepanjangan, yakni defisit neraca perdagangan negaranya sendiri.

Tapi Amerika memiliki bermacam keunggulan komparatif yang memungkinkan mereka 'memaksakan kehendak' seperti proteksionisme itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun