Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antiklimaks Ahok? Refleksi Valentino Rossi

20 Juni 2016   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2016   20:17 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sangat mungkin sebagian dari masyarakat yang menyerahkan KTP tidak (begitu) mempermasalahkan perubahan jalur dari independen ke via parpol. Tapi sangat mungkin pula sebagian mempertanyakannya, bahkan kecewa. Sebab salah satu alasan yang mengemuka ketika mereka berbondong-bondong memberi dukungan adalah rasa jengah dan muak terhadap kinerja partai-partai politik yang cenderung memanfaatkan suara pemilih hanya untuk merebut kekuasaan dan kemudian digunakan untuk kepentingan sempit kelompoknya saja. Bukan masyarakat pemilihnya!

Pada butir 5 pernyataan itu secara gamblang dikatakan bahwa mereka tidak berpengalaman dalam intrik politik. Mereka memang bukan partai politik dan juga bukan politikus. Tapi bagaimanapun sesungguhnya mereka adalah sebuah gerakan politik meski hal tersebut disangkal sebagaimana yang dinyatakan pada butir 1.

Di atas semua itu, ada hal yang lebih menarik lagi. 

Mereka menyatakan (butir 5) soal berita Ahok yang akan berkomunikasi dengan Teman Ahok. Dan mereka mengucapkan terima kasih. Pertanyaan yang menggelitik adalah, apakah Ahok sudah menghubungi dan berbicara sehingga perlu tergopoh 'melambaikan bendera putih' kepada partai-partai politik?

Semua ini sungguh membangkitkan rasa penasaran, bukan?

Apakah Teman Ahok mulai ragu terhadap aliran 30 miliar yang sementara masih dianggap dongeng itu?

Soal uang panas itu - seandainya benar dan terbukti kelak - patut diragukan telah diketahui oleh Ahok sendiri. Setidaknya demikianlah harapan ideal dari begitu banyak rakyat Indonesia yang mengagumi dan menghormati langkah, perbuatan, dan ucapan Basuki Tjahja Purnama membenahi dan membangun ibukota selama ini. Sosoknya  - bersama segelintir tokoh-tokoh lain yang mencuat akhir-akhir ini - telah memberi secercah harapan dan inspirasi bagi banyak orang tentang Indonesia yang (bisa) lebih baik.

Saya tetap berharap Ahok menpertahankan tekad dan langkahnya melalui jalur independen. Semata agar cara pandang serta sikap dan perilaku partai-partai politik di negeri ini mengalami reformasi ke arah kepentingan rakyat yang ingin diwakilinya.

Jika memang temannya Teman Ahok terbukti lancung bermain dengan 30 miliar itu, dan Ahok memang tak mengetahuinya (boro-boro menyetujui!) maka teruslah berjuang pada jalur semula. Soal berhasil atau tidak bukan masalahnya. Juga soal menang dan kalah. Sebab, begitu banyak optimisme perubahan - revolusi mental? - yang akan bergulir setelahnya. Dan Ahok tetap pahlawan bagi kami.

***

Ada baiknya Ahok belajar dari pengalaman Valentino Rossi pada ajang Moto GP 2015 lalu. Meski dugaan tentang 'Spain connection' yang ingin menggagalkannya menjuarai ajang kompetisi saat itu hampir nyata, pendukungnya tetap tak memuji - bahkan menyayangkan - aksinya yang 'menjatuhkan dengan sengaja' Marc Marquez di sirkuit Sepang waktu itu. Akibat ulah tersebut pada akhirnya ia dihukum start di barisan paling belakang pada putaran berikut dan terakhir di musim itu. Hal yang memupuskan harapannya menjuarai musim yang sesungguhnya tinggal selangkah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun