Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antiklimaks Ahok? Refleksi Valentino Rossi

20 Juni 2016   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2016   20:17 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Permasalahan semakin runyam ketika KPK menengarai keterlibatan Sunny Tanuwidjaja, staf khusus Basuki Tjahja Purnama. Lembaga anti rasuah itu menangkap pembicaraan telepon dan sejumlah bukti lain yang mengarah pada keterlibatannya.

Berbagai fakta yang mengemuka kemudian setelah KPK melakukan sejumlah pemeriksaan - meski tak harus  dimaknai sebagai hal yang salah - membuat posisi Ahok 'semakin tak nyaman'. Misalnya ketika Suni menjelaskan bahwa Ahok dan Aguan, pemilik perusahaan pengembang reklamasi yang dihebohkan itu, secara rutin saling 'bersilaturahmi' hampir setiap bulan dan dia adalah perantaranya.

Gonjang-ganjing rupanya tak berhenti di sana. Aliran dana puluhan miliar juga tercium dari kelompok perusahaan pengembang itu ke Teman Ahok. Menyusul pertanyaan yang dilontarkan Junimart Girsang saat KPK melakukan dengar pendapat di DPR minggu lalu, majalah berita mingguan Tempo menurunkan laporan investigasi yang menguak sejumlah fakta yang menguatkan. Informasi yang menurut majalah itu sudah diketahui lama, termasuk oleh KPK sendiri, seolah mengkonfirmasi sinyalemen politikus PDIP yang kemarin mempertanyakannya dan begitu mengguncang jagad politik Jakarta! Betul-betul seperti petir di siang bolong saat Teman Ahok memasuki detik-detik terakhir pengumpulan 1 juta tanda tangan dan kartu tanda penduduk yang memberi dukungan pribadi kepada Ahok untuk maju melalui jalur independen pada pilkada 2017 mendatang!

Lalu, ketika mengumumkan capaian 1 juta KTP hari Minggu, 19-6-2016 kemarin, Teman Ahok juga menyampaikan pernyataan sikap berjudul 'Sejuta Teman Ahok, Satu Tujuan' yang intinya mengatakan bahwa mereka hanyalah relawan yang memfasilitasi warga Jakarta mengumpulkan tanda tangan dan KTP sebagai wujud dukungan kepada Ahok untuk maju mencalonkan diri sebagai Gubernur tanpa dibebani HUTANG POLITIK. Tersirat disana : terbukanya peluang maju melalui jalur independen tanpa harus diusung partai politik yang 'cenderung menyandera'.

Tapi ada yang sesungguhnya cukup menarik dicermati pada butir terakhir dari 6 hal yang disampaikan pada pernyataan sikap itu. Selengkapnya adalah seperti dikutip di bawah ini :

:: Dengan verifikasi yang dipersulit, jalur parpol bisa diibaratkan sebagai jalan tol. Tapi kami berharap Parpol tidak hanya deklarasi dengan ucapan saja. Kami menunggu langkah nyata dari Partai Politik, dengan membuat surat rekomendasi resmi. Sejuta KTP ini yang dikumpulkan setahun ini dalam waktu 1 detik bisa digantikan oleh selembar kertas yang ditandatangani oleh Ketua Umum Parpol. Setelah surat tersebut ada, dan warga melihat surat tersebut, kepercayaan kepada Partai Politik juga akan tumbuh. ::

Menarik!

Pertama, pernyataan butir terakhir itu kiranya tak bisa diinterpretasikan semata sebagai 'kejumawaan' Teman Ahok mendikte partai politik! Justru yang tersirat adalah 'melupakan tujuan mereka semula agar Ahok dapat maju tanpa hutang politik' sebagaimana yang dinyatakan pada butir 2 di atasnya. Mereka telah 'mengakui hantu' verifikasi yang dipersulit. Mungkin disana ada keraguan mampu melaluinya. Sejuta tanda tangan dan KTP adalah sesuatu yang membuktikan Ahok punya pendukung (untuk maju ke pilkada) yang bisa sekejap digantikan kertas dukungan resmi parpol!

Disini ada spirit yang mengendur. Apakah karena kabar aliran 30 miliar mulai tak terbantahkan dengan fakta-fakta yang mengemuka?

Kedua, pernyataan tersebut mulai menyiratkan 'the end justifies the means' alias 'tujuan menghalalkan cara'. Tersirat disini apapun halal, termasuk 'menyerah kalah' kepada 'kebaikan hati' partai politik yang bersedia 'menyelamatkan' sejuta KTP yang dikumpulkan agar Ahok dapat maju ke Pilkada 2017. Alasan (cara) yang digunakan untuk membujuk 1000 tanda-tangan dan KTP terkumpul mulai dikesampingkan. Kita semua tahu, selama setahun Teman Ahok bekerja kemarin, tak sekalipun terucap bahwa amanat mereka 'jika keadaan mendesak maka mungkin' akan di-barter (atau digadaikan?) dengan selembar surat pencalonan resmi dari partai politik yang bersedia!

Pernyataan itu sekonyong-konyong merebakkan keraguan 'vox populi, vox dei'. Suara rakyat adalah suara Tuhan! Sesuatu yang membayang jelas hingga beberapa minggu pada perjuangan yang mereka lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun