Mohon tunggu...
jikusore
jikusore Mohon Tunggu... -

sekali menulis, setiap kali menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan dan Keha(r)usan untuk Cantik

17 Juni 2017   01:55 Diperbarui: 17 Juni 2017   02:22 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah-tengah perdebatan panjang mengenai keseteraan gender yang telah lama terjadi hingga melahirkan gerakan feminisme dunia tak terkecuali di indonesia, orang-orang cenderung melihat bagaimana pandangan kaum lelaki terhadap perempuan dengan berbagai macam pendekatan, namun yang menjadi permasalahan sebenarnya adalah bagaimana perempuan itu memandang dirinya sendiri atau bagaimana dia memandang sesama kaum perempuan.

Sebelum lebih jauh kita mengganti frame berpikir relasi antar lelaki-perempuan menarik untuk dilihat secara seksama perempuan melihat kedalam dirinya sendiri, karena pertentangan awal terhebat justru lahir dari sini, dimana ada semacam hegemoni antar satu perempuan ke perempuan lain, yang lebih jauh melahirkan kelas sosial sesama perempuan.

Kelas sosial ini bukan hanya pada wilayah ekonomi tapi lebih jauh telah menempatkan kecantikan menjadi faktor penentu, dimana ada semacam stigma yang berkembang bahwa keharusan untuk cantik adalah kewajiban yang harus dipenuhi perempuan abad ini, karena eksistensi perempuan dapat dilihat dari tingkat kecantikannya, terutama di media sosial.

Dari keharusan ini berubah menjadi kehausan untuk tampil cantik, segala cara dilakukan perempuan untuk dapat menampilkan pesonanya hingga faktor-faktor lain termasuk faktor ekonomi pada akhirnya turut mengambil peran lebih dalam pembentukan kecantikan perempuan itu sendiri, penafsiran cantik yang begitu prematur terbatas pada domain fisik bukan hanya terjadi pada mata lelaki saja, perempuan pun ikut terlena dalam arus ini dan juga mendukung secara langsung stigma yang terjadi terhadap diri mereka, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang rela mengeluarkan biaya lebih untuk dapat dibilang cantik.

Padahal jika saja kaum perempuan mau memperluas arti kecantikan bukan pada segi fisik saja, dan mulai memberikan pendidikan lebih ke sesama perempuan agar dapat sama-sama bergerak melawan stigma yang keliru tentang kecantikan dan memberikan penanaman-penanaman nilai baru tentang bagaiamana perempuan harus melihat dirinya sendiri dan bagaimana perempuan melihat sejajar kepada perempuan yang lain, bukan tidak mungkin pandangan lelaki kepada perempuan pun akan ikut berubah.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun