Mohon tunggu...
Jihan Astriningtrias
Jihan Astriningtrias Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurnalistik

Suka sekali mengembara, meski hanya dalam kepala.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

[Opini] Tentang Asmara, yang (Katanya) Tidak Yogia

19 Oktober 2020   14:15 Diperbarui: 21 Juli 2021   12:07 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cinta adalah sebuah kegilaan. Hanya saja, bagi Socrates---dalam Phaedrus yang ditulis oleh Plato---kegilaan cinta bukanlah sembarang kegilaan. Ia adalah satu dari empat kegilaan berkonsep Ilahi, yaitu suatu kegilaan yang rasional namun abstrak. Sebuah kegilaan yang secara alamiah dapat mendatangkan problematika tanpa perlu dipinta, meski seharusnya ia membawa konsep estetika yang penuh bahagia.

Satu di antara problematika itu diamini oleh terminologi usang: cinta itu buta. Pengalaman akan cinta memang tak jarang membutakan akal sehat seseorang. Pun, konsep buta ini menjadi begitu luas implementasinya. 

Tidak ada batasan khusus yang dapat mendefinisikan "buta" dalam konteks ini. Sebab, seperti yang seringkali kita saksikan lewat karya dan sejarah terdahulu, kebutaan dalam jatuh cinta selalu saja beragam bentuknya.

Shakespeare, misalnya. Lewat Romeo and Juliet, ia telah memperlihatkan sebuah tragedi romantisme pelik antara dua muda-mudi Italia yang buta situasi, sehingga keduanya bertindak sesuka hati demi menunjukkan romantisme sok superior ala mereka. Padahal saya pikir, dibandingkan bunuh diri berdua demi konsep sehidup semati, bukankah diskusi untuk menyatukan dua keluarga akan menjadi pilihan yang lebih baik?

Begitu pula Walt Disney lewat Beauty and the Beast. Cinta telah membuat Belle lupa, bahwa ia adalah seorang tawanan yang mungkin tengah mengidap Stockholm Syndrome kepada seekor monster buruk rupa---yang tentu, ini mengindikasikan seberapa Belle juga menjadi "buta", dalam arti ia tak lagi peduli seperti apa rupa partner cintanya.

Pun dalam dunia nyata, cinta telah membutakan Dante Alighieri pada waktu dan realitas, sehingga ia rela menanti Beatrice---yang hanya dua kali ditemuinya dalam seumur hidup---tanpa pernah membuka hati pada wanita lain. Tanpa pernah pula Alighieri berniat mengungkapkan rasanya kepada Beatrice. Ia hanya mengagumi Beatrice dalam kesendirian, meletakkan wanita itu ke dalam karya-karyanya.

Terkesan buruk? Tentu. Tapi begitulah cara cinta bekerja. Ia memang "menggilakan" layaknya sensasi kokain yang tanpa disadari mendatangkan euforia. Kebutaan-kebutaan tadi bahkan tak sebegitu gilanya, sebab selain maklum akan berbagai perbedaan yang cenderung realistis itu, ada sebagian kecil---atau mungkin besar namun silent majority---orang yang tak lagi peduli jika ia dan partnernya berbeda dunia, berbeda semesta, pula berbeda dimensi. 

Padahal seyogianya romantisme yang dekat dan lekat dengan eros, cinta adalah sebuah ketertautan antara dua manusia asal planet bumi. Sayangnya, sekumpulan manusia ini menolak konsep itu, meski mereka mungkin saja dilabeli "tidak yogia" oleh masyarakat.

Orang-orang itu bukannya jatuh cinta pada alien rupawan seperti Cheon Song-Yi dalam My Love From the Star. Mereka juga bukan jatuh cinta pada makhluk dari masa lalu selayak Doraemon pada Miichan. Bukan pula mencintai refleksi dirinya sendiri seperti Narcissus dalam Void Metamorphoses III. 

Objek cinta ketiganya masih ada di semesta. Meski kabar eksistensi alien masihlah simpang-siur, namun setidaknya ia mungkin ada. Berbeda dengan orang-orang tadi, yang justru jatuh cinta pada sosok nan sudah pasti muskil eksis di dunia. Mereka adalah orang-orang yang hatinya justru tertambat oleh sesosok karakter fiksi.

Orang-orang itu bersembunyi di balik novel, buku antologi kisah fiksi, komik, atau serial animasi. Mereka meninggalkan dunia tempat mereka makan, lalu pergi dan kerasan di dunia baru yang jauh lebih fana dibanding kehidupan manusia. Mereka hijrah ke dunia fiksi yang mereka rekonstruksi sebebas-bebasnya di alam imajinasi hanya untuk menemui sang pujaan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun