Mohon tunggu...
Jihan fathanah
Jihan fathanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Jihan fathanah is a student of public health at Muhammadiyah University of Aceh. She is very interested in problems in society, especially the health sector. She hopes to become health volunteers.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kebijakan dalam Mengurangi Angka Kematian pada Bayi (AKB)

10 Mei 2023   23:27 Diperbarui: 10 Mei 2023   23:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia termasuk dalam negara berkembang dengan tingkat kesehatan yang masih terbilang rendah. Salah satu indikatornya adalah angka kematian pada bayi (AKB), yaitu jumlah kematian pada bayi di bawah usia satu tahun per seribu kelahiran hidup dalam suatu populasi dalam jangka waktu tertentu. AKB bukan hanya dipicu oleh kesehatan bayi saja, namun juga dipengaruhi faktor sosial, adat istiadat, ekonomi, dan kesehatan lingkungan sekitarnya.

Dua pertiga dari kematian pada bayi disebabkan oleh komplikasi kejadian intrapartum (28,3 %), gangguan respiratori dan kardiovaskular (21,3%), BBLR dan prematur (19%), kelainan konginetal (14,8%), dan infeksi (7,3%). Selain itu, kasus umum terkait dalam AKB adalah komplikasi saat kehamilan dan persalinan, malnutrisi selama dalam kandungan, menyusui atau masa bayi, faktor lingkungan yang kurang memadai untuk ditempati oleh bayi seperti daerah dengan polusi udara yang tinggi dan kurangnya persediaan air bersih serta akses pelayanan kesehatan yang terbatas.   

Pemerintah Indonesia sudah mulai 'membuka mata' terhadap permasalahan kematian pada bayi. Namun, sistem desentralisasi yang berlaku di Indonesia membuat nasib dan kualitas hidup masyarakat tergantung kinerja pemerintah daerahnya.

Kebijakan kesehatan yang dibuat oleh pemerintah dalam mengatasi kematian pada bayi dapat bervariasi antar daerah, disebabkan oleh bedanya kondisi sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat setempat. Menurunnya AKB selama satu dekade terakhir ini menggambarkan adanya kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan dengan baik. Meski demikian, penurunan ini belum mencapai target pemerintah dalam RPJMN 2020-2024.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah, antara lain :

  • Akses pelayanan kesehatan- Hal ini meliputi antara lain keterjangkauan lokasi tempat pelayanan kesehatan, dimana tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis sehingga untuk persalinan masih dikategorikan sulit seperti di pedesaan atau daerah tertinggal, sehingga banyak ibu yang memilih untuk melahirkan sendiri di rumah atau dengan bantuan dukun bayi. Adapun resiko melahirkan sendiri dirumah, menurut The American Collage of Obstertricians and Gynecologists (ACOG), bayi yang akan dilahirkan di rumah beresiko lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal dan kejang. Akses pelayanan kesehatan ini juga bias diperkuat dengan penyediaan kendaraan rujukan kegawat daruratan ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan pada bayi.
  • Sistem rujukan yang optimal- Persalinan yang membutuhkan penanganan lebih, harus segera dirujuk dari FKTP (Puskesmas) ke FKTRL (RS Kabupaten/Kota), sebelum terlambat mendapati pertolongan medis. Dalam beberapa kasus, kematian pada bayi akibat dari kelalaian pihak RS dalam memberikan rujukan. Penguatan rujukan dengan memutuskan rantai rujukan untuk kasus gawat darurat sehingga waktu yang diperlukan untuk segera mendapati penangan dapat terlaksana agar mengurangi resiko kematian pada ibu dan bayi.
  • Promosi dan dukungan untuk menyusui- bagaimana pemerintah mengkampanyekan pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan, memberikan  fasilitas ramah bayi dan ibu menyusui di tempat yang sering di kunjungi, seperti tempat hiburan, tempat pembelanjaan, kantor. Masih kurangnya pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan bayi dan anak dapat menyebakan peningkatan angka kematian bayi. Memberika edukasi tentang pendidikan kesehatan yang menyasar ibu hamil dan masyarakat umu, dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang praktik perawatan bayi yang baik.
  • Memperhatikan kesehatan bayi seperti pemberian vaksin. Permberian vaksin mengurangi angka kematian bayi akibat dari penyakit menular. Penyakit menular seperti pneumonia, diare, malaria, HIV/AIDS, dan penyakit menular lainnya menjadi penyebab signifikan angka kematian bayi. Vaksinasi yang luas dan efektif, peningkatan kebersihan dan sanitasi, serta akses terhadap perawatan medis yang tepat dapat membantu mengurangi risiko infeksi dan penyebarannya.
  • Dan peningkatan kompetensi SDM terkait pelayanan neonatal dan bayi- tenaga medis seperti dokter spesialis kandungan atau bidan yang berhubungan langsung dalam proses persalinan harusnya selalu diberikan pengetahuan lebih yang up date di dunia kesehatan internasional, seperi memberikan seminar ataupun pelatihan baik tingkat nasional maupun internasional.  
  • Memperhatikan kebijakan menyangkut ekonomi dan social dalam masyarakat  yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan keluarga. Hal ini dapat membantu dalam mudah mengakses layanan kesehatan dan tercukupi dalam memenuhi zat gizi.
  • Memantau serta mengevaluasi angka kematian bayi di daerahnya. Seperti mengumpulkan data yang akurat, menganalisis kembali kebijakan yang dilaksanakan, dan penyesuaian strategi sesuai dengan kebutuhan yang teridentifikasi.
  • Perawatan maternal yang buruk, seperti komplikasi pada saat kehamilan yang merupakan penyebab langsung kematian maternal dan yang sering terjadi adalah perdarahan, preklamsia/eklamsia, dan infeksi. Komplikasi persalinan dan masa nifas seperti perdarahan, partus macet atau partus lama dan infeksi akbiat trauma pada persalinan  

Pada umumnya kematian maternal di negara -- negara berkembang, berkaitan dengan setidaknya satu dari tiga keterlambatan (The Three Delay Models). Keterlambatan yang pertama adalah keterlambatan dalam mengambil keputusan untuk mencari perawatan kesehatan apabila terjadi komplikasi obstetrik. Keadaan ini terjadi karena berbagai alasan, termasuk di dalamnya adalah keterlambatan dalam mengenali adanya masalah, ketakutan pada rumah sakit atau ketakutan terhadap biaya yang akan dibebankan di sana.

Keterlambatan kedua terjadi setelah keputusan untuk mencari perawatan kesehatan diambil. Keterlambatan ini terjadi akibat keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan dan pada umumnya terjadi akibat kesulitan transportasi. Beberapa desa memiliki pilihan transportasi yang sangat terbatas dan fasilitas jalan yang buruk. Kendala geografis di lapangan mengakibatkan banyak rumah sakit rujukan tidak dapat dicapai dalam waktu dua jam, yaitu merupakan waktu maksimal yang diperlukan untuk menyelamatkan ibu dengan perdarahan dari jalan lahir.

Keterlambatan ketiga yaitu keterlambatan dalam memperoleh perawatan di fasilitas kesehatan. Seringkali para ibu harus menunggu selama beberapa jam di pusat kesehatan rujukan karena manajemen staf yang buruk, kebijakan pembayaran kesehatan di muka, atau kesulitan dalam memperoleh darah untuk keperluan transfusi, kurangnya peralatan dan juga kekurangan obat -- obatan yang penting, atau ruangan untuk operasi.

Sekarang bagaimana daerah kita dapat menurunkan AKB sesuai denga target yang sudah ditetapkan? Maka bisa contoh dari salah satu desa yang digadang sebagai percontohan dalam upaya penurunan angka kematian bayi adalah desa Bontomarannu, Sulsel. Dimana desa tersebut membuat sebuah program yang bernama 'ayah siaga'. Program ini sudah berjalan sejak tahun 2018 dan terlihat bahwa desa tersebut mampu mengurangi bahkan tidak menyumbangkan AKB hingga 0 AKB sehingga desa tersebut memperoleh penghargaan juara 1 Tk. Provinsi dalam inovasi konvergensi stunting. Dalam programnya, mengharuskan si suami berkegiatan seperti layaknya istri dengan menggunakan bantalan di perutnya dan payudaranya, sehingga suami mampu memahami bagaimana kondisi yang dirasakan oleh ibu hamil, sehingga suami siaga selama istri dalam masa kehamilan, persalinan dan merawat bayi.

Indikator sebagai indeks pembangunan ekonomi, kualitas hidup, dan penentu angka harapan hidup di masyarakat membuat AKB menjadi permasalahan yang penting. Sudah saatnya, semua lapisan masyarakat memperhatikan masalah ini, khususnya pemerintah daerah yang membuat kebijakan.     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun