Mohon tunggu...
Pamujihan
Pamujihan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemula segala hal. Visit more: www.jijihans.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Walaupun Ia Tunawisma, Semangatnya Untuk Bersekolah Luar Biasa

28 Desember 2015   19:15 Diperbarui: 28 Desember 2015   19:39 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disudut jalanan ketika kami berjalan menyusuri kawasan Jembatan Merah yang masuk dalam kawasan Jalan Kya-Kya, ada sedikit yang mengganjal didalam hati. Ingin mencari kebenaran cerita bahwasannya didaerah itu ada seorang anak kecil berusia 15 tahunan yang tidak bersekolah karena terkendala masalah ekonomi, hembusan kabar juga mengatakan bahwa ia tak punya Bapak dan Ibu, dan yang membuat miris lagi, ia tinggal ditepian jalan  didaerah itu.

Perjalanan kami mencari kebenaran berita ini karena diantara dari kami adalah relawan. Relawan yang ditugaskan oleh Dinas Sosial Surabaya untuk menguraikan masalah pendidikan di Surabaya yang jika dilihat dari permukaan, maka dikira tidak ada anak yang putus sekolah, ataupun tidak bersekolah. Kenyataannya, BOS yang digelontorkan pemerintah setempat masih belum sepenuhnya diketahui dan juga kebanyakan sekolah swasta juga memberikan biaya pendidikan yang memang sudah tersubsidi karena BOS itu.  Disisi lain, bukan biaya pendidikan lah yang membuat banyak orang tua mengurungkan niatnya untuk menyekolahkan anak-anak mereka, namun tuntutan hidup dikota besarlah arus yang coba mereka takhlukkan saat ini.

 

Dalam realita seperti ini, salah satunya adalah WW, lahir di Surabaya sehari sebelum hari kemerdekaan Indonesia, tepatnya di tanggal 16 Agustus 1999. Ditahun itu, ia dilahirkan dalam keadaan ber ayah dan dalam kondisi yang memprihatinkan. Hari-hari pun berjalan dengan sendirinya hingga usia Wawan mencapai usia sekitar 5 bulan, Ibu WW yang sempat mengalami gangguan jiwa saat itu sempat akan menjual anak malang ini. Karena pertolongan Tuhan lah, WW diselamatkan Mbah Tami yang dulunya merupakan tetangga Wawan. Semua itu karena didorong rasa kasihanlah Mbah Tami mengambil WW yang kala itu tidak berdaya dan merawatnya hingga ia tumbuh. 

WW dirawat dan dibesarkan di sebuah rumah kontrakan tidak jau dari emperan toko yang ia tinggali saat ini, Mbah Tami memutuskan untuk pindah dari  rumah kontrakan tersebut karena desakan ekonomi yang tidak bisa dibendung. Prinsip Beliau adalah yang penting bisa makan dan terus membesarkan WW hingga dewasa kelak. Oleh karena itu Tepat dua tahun yang lalu usai lulus dari sekolah dasar, ia tidak lagi bersekolah, bukan karena tidak mau, akan tetapi karena masalah ekonomilah yang menjadi faktor utama ia tidak bersekolah. Sehari-hari ia habiskan waktu dengan menemani Mbah Tami dan bermain. Ia bercerita kepada kami ketika melihat temannya bersekolah, ia sangat ingin sekali sekolah, namun apa daya tangan sampai, wawan hanya bisa bermimpi dan tetap menggantungkan harapannya agar bisa bersekolah.

WW dan Neneknya

Ditahun 2015 ini, Kami dipertemukan dengan anak periang ini dalam progam CSR (Campus Social Reponsibility. Kami sangat senang, begitu juga WW. Saat pertama kali kami melakukan kunjungan, hati kami teriris, betapa tidak. Mendengar penuturan kisah Mbah Tami tentang masa lalu WW, tentang kehidupan WW yang jauh akan kasih sayang orang tua, dan juga tempat tinggal WW saat ini yang ia tinggali, jauh dari kata layak. Ia tinggal diemperan toko didaerah Kembang Jepun Surabaya.

Tempat berlindung yang dingin dikala malam, panas dikala siang, dan terhempas tetesan air saat hujan. Namun disini kami sangat nyaman, bukan karena tempatnya, akan tetapi karena orang-orang inilah yang membuat kami nyaman. Kami bangga dengannya, ia tak pernah mengeluh. Untuk tipe anak seusianya, tentu banyak di Surabaya ini, anak menjadi bringas dan sulit diatur, namun berbeda dengan WW, Ia penurut dan periang.

Dengan segala keterbatasannya, WW masih tetap semangat meraih impiannya, semoga dengan tulisan singkat ini, bisa menggugah hati pembaca dan kemudian melakukan tindakan nyata menyelamatkan anak-anak bangsa yang sesungguhnya mempunyai peluang yang sama untuk sukses. Dan hal ini juga membuktikan bahwa disekeliling kita masih banyak orang-orang yang kurang beruntung dari kita. Kita sebagai manusia hakekatnya adalah saling memberi dan saling mengasihi, saling berkasih sayang dan saling menolong. Semoga mengisnpirasi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun