Mohon tunggu...
Jihad Bagas
Jihad Bagas Mohon Tunggu... Insinyur - inconsistent Writer

Kegiatan baca dan tulis merupakan kegiatan sakral yang nilai spiriualitasnya bergantung pada kandungan apa yang dibaca dan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Terbentang Jarak di Lebaran Kita

24 Mei 2020   20:00 Diperbarui: 24 Mei 2020   20:01 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sebuah tradisi turun -- temurun di Indonesia yang entah kapan dimulainya dan masih berlangsung sampai sekarang menjelang lebaran adalah mudik. Sebuah kegiatan yang umumnya dilakukan oleh kaum urban. Orang yang lahir di suatu daerah dan kemudian merantau atau hijrah dalam istilah arabnya untuk mencoba peruntungan hidup di tempat yang baru.

Di penghujung Ramadan biasanya jalan -- jalan utama antar provinsi menjadi padat merayap dilintasi oleh kendaraan -- kendaraan pemudik. Tidak hanya diramaikan oleh kendaraan pribadi, transportasi umum pun mengalami peningkatan jumlah penumpang baik itu bis, kereta, pesawat, maupun kapal laut. Begitu tingginya antusias kaum urban ini dalam merayakan lebaran idul firi.

Khidmatnya hari raya idul fitri seakan menjadi tambah sakral saat para pemudik tiba di tanah kelahiran, berkumpul Bersama keluarga besar. Momen berkumpulnya satu keluarga membawa kegembiraan yang tidak biasa. tangis tawa dan haru semuanya melebur campur aduk dalam satu momen. Mungkin hanya pada lebaran lah momen ini bisa terjadi

Melaksanakan shalat ied di lapangan, ada juga yang menjalankan shalat ied dengan cara menutup jalan kampung untuk di jadikan tempat shalat berjamaah yang kemudian alasnya menggunakan terpal. Setelah shalat selesai langsung disambung dengan ceramah, di beberapa daerah ceramah biasanya menggunakan Bahasa daerah.

Setelah ceramah dan doa selesai, jama'ah shalat ied merapikan sajadahnya dan bersiap untuk pulang. Selama perjalanan pulang menyusuri jalanan kampung, saling tegur dan sapa antar masyarakat sekitar mewarnai perjalanan dari tempat shalat ied menuju rumah. Tak jarang ada yang menawarkan untuk mampir sejenak ditempatnya.

Saling menyapa kepada tiap orang yang ditemui menambah hangatnya suasana paska lebaran ini. Entah nostalgia bertemu dengan teman lama yang sejenak saling bercerita melempar tawa akan kenangan masa lalu, ataupun bertemu dengan orang baru. Kehangatan suasana ini mungkin juga hanya terjadi di momen ini. Ketika efek suasana spiritual Ramadan bercampur dengan kehangatan tegur sapa antar sesama.

Setiba di rumah wangi masakan khas pun telah menyerebak di seluruh ruangan rumah. Gairah nafsu makan kita pun tergoda oleh aroma masakan ini. Bergegas lah kita menuju meja makan tuk menyantap hidangan spesial ini. Momen makan pertama setelah usainya puasa kita lakukan Bersama keluarga dengan suka ria.

Saat pulang kita senantiasa membawa oleh -- oleh dari perkotaan untuk kita bagikan ke saudara atau tetangga di kampung. Gembira rasanya bisa berbagi kebahagiaan walaupun dengan hal sederhana ini.

Tetapi terkadang kita tidak hanya membawa oleh -- oleh, kita juga membawa keangkuhan ke kampung halaman. Rasa angkuh ini kita bawa dan kita tunjukkan ke sekitar. Seolah ia berkata "lihat aku, aku sudah berhasil menaklukan perkotaan". Kita menampakkan rasa keangkuhan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal seperti ini lah yang membuat hati kita kembali ternoda.

Kita percaya bahwa hari raya idul fitri ini kita kembali suci. Kembali putih bersih bagaikan selembar kertas kosong. Namun tak memerlukan waktu lama sampai kita kembali mencoreng hati kita kembali dengan tinta -- tinta keangkuhan. Perang melawan diri selama sebulan penuh kita berpuasa sejatinya untuk melatih sikap kita mengendalikan salah satu turunan dari nafsu ini.

Angkuh, iri, dengki memang merupakan penyakit hati. Penyakit yang menimbulkan bercak pada hati sehingga suci dan bersihnya lembaran hati pun tampak keruh kusam karnanya. Untuk menyembuhkan penyakit ini memang diperlukan dosis iman ketakwaan yang tinggi. Penyakit hati ini bisa menjangkit siapapun dan tak mengenal status sosial kita di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun