Mohon tunggu...
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa Mohon Tunggu... Penulis

📖 Penulis | Jurnalis | Content Writer | Hidup untuk ditulis, menulis untuk hidup, dan apa yang saya tulis itulah diri saya!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bukber Versi Minimalis, Memupuk Kebersamaan yang Lebih Bermakna di Bulan Ramadan

16 Maret 2025   15:48 Diperbarui: 16 Maret 2025   23:03 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rayakan bukber Ramadan lebih bermakna! (ilustrasi by AI)

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS. Al-Bayyinah: 7)

Ramadan selalu identik dengan kebersamaan. Salah satu tradisi yang tak pernah absen setiap tahun adalah buka bersama alias bukber. Namun, sering kali, esensi kebersamaan ini tergantikan oleh gengsi dan kemewahan.

Restoran mewah, menu mahal, atau bahkan hotel bintang lima menjadi standar baru yang tanpa sadar membentuk eksklusivitas, hanya mereka yang mampu yang bisa ikut serta. Tapi, benarkah kebersamaan diukur dari tempat dan harga makanan?

Makna Bukber, Perayaan atau Formalitas?

Ada satu fenomena yang sering kita lihat, orang-orang datang ke bukber lebih karena takut dianggap anti-sosial daripada benar-benar ingin menikmati kebersamaan. Mereka berkumpul di meja panjang, tetapi sibuk dengan ponsel masing-masing. Makanan yang melimpah lebih sering berakhir sebagai sisa, sementara di luar sana, masih banyak orang yang menunggu donasi makanan untuk berbuka puasa.

Jika kita kembali ke makna filosofisnya, kebersamaan bukanlah tentang di mana dan seberapa mahal tempatnya, tetapi tentang bagaimana kita berbagi dan merasakan kehangatan satu sama lain. Rasulullah SAW sendiri menjalani hidup dengan kesederhanaan. Beliau lebih memilih berbuka dengan kurma dan air, lalu melanjutkan dengan berbagi kepada yang membutuhkan.

Dalam buku Man's Search for Meaning karya Viktor Frankl, ada satu konsep yang bisa kita hubungkan, meaning through giving. Kebahagiaan sejati bukan berasal dari apa yang kita miliki, tetapi dari apa yang bisa kita berikan kepada orang lain.

Bukber di Panti Asuhan, Sebuah Pengalaman yang Mengubah Perspektif

Saya pernah merasakan sendiri bagaimana bukber versi minimalis justru lebih membekas daripada bukber di restoran mewah. Tahun lalu, saya dan beberapa teman memutuskan untuk berbuka di panti asuhan kecil di pinggiran kota. Tidak ada all you can eat, tidak ada dekorasi Instagramable, hanya nasi bungkus sederhana dan segelas teh hangat.

Namun, momen itu terasa berbeda. Anak-anak di sana menyambut kami dengan senyum lebar, padahal yang kami bawa hanyalah makanan seadanya. Ketika azan berkumandang, kami duduk bersama, saling berbagi cerita, tanpa ada sekat sosial. Saya sadar, ini bukan tentang apa yang kita makan, tapi dengan siapa kita berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun