Mohon tunggu...
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa Mohon Tunggu... Penulis

📖 Penulis | Jurnalis | Content Writer | Hidup untuk ditulis, menulis untuk hidup, dan apa yang saya tulis itulah diri saya!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waspada Kapitalisme Ramadan! Ketika Ibadah Menjadi Produk, Hati-hati Terhadap Ilusi Kebutuhan

15 Maret 2025   15:05 Diperbarui: 15 Maret 2025   22:11 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi realis tentang FOMO Ramadan: tekanan sosial untuk konsumsi berlebihan dalam ibadah dan gaya hidup. (pict by AI)

Kita tidak hanya berpuasa, kita juga berbelanja.

Setiap Ramadan, iklan mulai membanjiri layar ponsel dan televisi kita. Dari kurma premium seharga ratusan ribu hingga mukena eksklusif dengan motif yang serasi, dari hampers mewah untuk relasi hingga paket umrah kilat yang menggoda.

Ramadan yang sejatinya menjadi bulan refleksi dan kesederhanaan, kini tampak lebih seperti festival belanja besar-besaran.

Ibadah atau Konsumsi?

Fenomena ini bukan terjadi begitu saja. Kapitalisme bekerja dengan cara menciptakan ilusi kebutuhan.

Brand-brand besar memahami bahwa spiritualitas bisa menjadi pasar yang menggiurkan.

Mereka merancang strategi pemasaran yang membuat kita merasa bahwa ibadah perlu didukung oleh barang-barang tertentu agar lebih sempurna.

Dalam psikologi konsumen, ada konsep yang disebut social proof, di mana kita cenderung mengikuti apa yang dilakukan orang lain, terutama ketika kita tidak yakin akan pilihan kita.

Saat melihat influencer atau tokoh agama mengenakan busana eksklusif dan berbuka dengan kurma kualitas premium, muncul dorongan untuk melakukan hal yang sama agar terasa sama-sama menjalani Ramadan dengan baik.

Tidak hanya itu, ada pula fear of missing out (FOMO), ketakutan tertinggal dari tren yang sedang berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun