Mohon tunggu...
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa Mohon Tunggu... Penulis

📖 Penulis | Jurnalis | Content Writer | Hidup untuk ditulis, menulis untuk hidup, dan apa yang saya tulis itulah diri saya!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sampah Plastik di Meja Iftar Ramadan, Dosa Ekologis yang Tak Kita Sadari

14 Maret 2025   09:44 Diperbarui: 14 Maret 2025   10:17 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa mengajarkan kesederhanaan, tapi kenapa meja iftar kita justru penuh plastik (Ilustrasi by AI)

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."(QS. Ar-Rum: 41)

Berbuka puasa adalah momen yang selalu ditunggu-tunggu. Setelah seharian menahan haus dan lapar, kita berkumpul dengan keluarga atau teman, menyantap hidangan yang menggugah selera.

Namun, pernahkah kita benar-benar memperhatikan apa yang tersisa setelah hidangan itu usai?

Bukan hanya piring-piring kosong, tetapi juga tumpukan plastik, bekas botol air mineral, kantong kresek, sendok dan garpu plastik, hingga styrofoam dari makanan yang dibeli secara praktis.

Di balik kehangatan berbuka, ada dosa ekologis yang diam-diam kita lakukan: merusak bumi dengan limbah yang tak terurai. Ironisnya, di bulan yang mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri, kita justru menjadi konsumtif.

Filosofi Kesederhanaan, Antara Makna Puasa dan Kebiasaan Konsumtif

Jika menilik makna puasa, sejatinya ibadah ini mengajarkan kita untuk lebih sederhana dan bersyukur. Dalam hadits disebutkan:
"Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk napasnya." (HR. Tirmidzi)

Puasa seharusnya menjadi latihan untuk menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari kerakusan yang sering kali tidak kita sadari. Namun, realitas di meja iftar berbicara lain. Alih-alih mengurangi, kita justru menumpuk plastik demi kenyamanan sesaat.

Ada sebuah fenomena menarik: di bulan Ramadan, justru konsumsi masyarakat meningkat. Takjil dibungkus dalam plastik, makanan pesan-antar hadir dalam kemasan sekali pakai, air mineral dalam botol-botol kecil memenuhi meja iftar. Semua ini menjadi paradoks, kita berpuasa untuk menahan nafsu, tetapi begitu adzan berkumandang, kita kembali pada kebiasaan konsumtif.

Dosa Ekologis, Alam yang Terluka oleh Gaya Hidup Kita

Sebagian besar sampah plastik yang kita hasilkan saat berbuka puasa tidak akan hilang dalam semalam. Sebuah botol plastik butuh waktu 450 tahun untuk terurai di alam, sedangkan styrofoam bahkan tidak bisa terurai sama sekali. Bayangkan, berapa banyak "warisan" yang kita tinggalkan untuk bumi hanya karena kita ingin berbuka dengan praktis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun