Mohon tunggu...
Abu Djbril
Abu Djbril Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menebar Cinta Dengan Hikmah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Babad Banten ( Bag 1 )

22 Februari 2010   21:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:47 2646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Babad Banten yang akan saya ceritakan adalah versi dongeng, dongeng para orang tua yang turun temurun diceritakan kepada anak cucunya, bukan versi ilmiah yang banyak anda dapatkan di toko - toko Gramedia atau semacamnya. Banten adalah daerah yang terletak di ujung barat pulau Jawa, Kerajaan Banten yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Padjajaran yang kemudian diambil alih oleh Kesultanan Cirebon. Prabu Siliwangi Memiliki beberapa putra dan putri diantaranya adalah Raden Kian Santang dan Ratu Rara Santang keduanya adalah putra dan putri kesayangan sang Prabu, Raden Kian santang terkenal dengan Kesaktiannya yang luar biasa, di dunia persilatan nama Raden Kian Santang sudah tak asing lagi sehingga seluruh Pulau Jawa bahkan Nusantara saat itu sangat mengenal siapa Raden Kian Santang tak ada yang sanggup mengalahkannya bahkan Raden Kian Santang sendiri tak pernah melihat darahnya sendiri. Raden Kian Santang Putra Prabu Siliwangi terkejut ketika didalam mimpinya ada serang Kakek berjubah yang mengatakan bahwa ada seorang manusia yang sanggup mengalahkannya dan kakek tersebut tersenyum. Mimpi itu terjadi beberapa kali hingga Raden Kian Santang bertanya - tanya siapa orang itu, dalam mimpi selanjutanya sang kakek menunjuk ke arah lautan dan berkata orang itu di sana ... Penasaran dengan mimpinya Raden Kian Santang meminta Ijin kepada ayahandanya Prabu Siliwangi untuk pergi menuju seberang lautan, dan menceritakan semuanya. Prabu Siliwangi walaupun berat mempersilahkan putranya pergi, namun Ratu Rarasantang adik perempuan Raden Kian Santang Ingin Ikut Kakaknya. Walaupun di cegah namun Ratu Rarasantang tetap bersikeras ikut kakaknya, yang akhirnya mereka berdua pergi menyeberangi lautan yang sangat luas menuju suatu tempat yang ditunjuk orang tua di dalam mimpinya. Hari demi hari, minggu berganti minggu dan genap 8 bulan perjalanan sampailah Raden Kian Santang dan Ratu Rara Santang kesebuah dataran yang asing, tanahnya begitu kering dan tandus, padang pasir yang sangat luas serta terik matahari yang sangat menyengat mereka melabuhkan perahu yang mereka tumpangi. Tiba - tiba datanglah seorang Kakek yang begitu sangat dikenalnya. ya kakek yang pernah datang kedalam mimpinya. kakek itu tersenyum dan berkata Selamat datang anak muda .... Assalamu alaikum ..  Raden Kian Santang dan Ratu Rarasantang hanya saling berpandangan dan hanya berkata aku ingin bertemu dengan Ali, orang yang pernah kau katakan sanggup mengalahkanku. Dengan tersenyum Kakek itu berkata " anak muda... Kau bisa bertemu Ali jika sanggup mencabut tongkat ini... kakek itu menancapkan tongkat yang dipegangnya. Kembali Raden Kian Santang dan Ratu Rarasantang berpandangan dan Raden Kian Santang Tertawa terbahak - bahak...  Hai Orang Tua... DI negeri kami adu kekuatan bukan seperti ini, tapi adu olah kanuragan dan kesaktian, Jika hanya mencabut Tongkat itu buat apa aku jauh - jauh kenegeri tandus seperti ini ???  kata Raden Kian Santang Mengejek. Kakek itu kembali tersenyum, Anak muda ... Jika kau sanggup mencabut tongkat itu kau bisa mengalahkan Ali, jika tidak kembalilah kau kenegerimu anak sombong .... kata orang tua itu lagi.... Akhirnya Raden Kian Santang mendekati tongkat itu dan berusaha mencabutnya... namun upayanya tak berhasil semakin dia mencoba semakin kuat tongkat itu menghujam. Keringatnya bercucuran, Ratu rarasantang tampak khawatir dengan keadaan kakaknya tiba - tiba darah di tangan Raden Kian Santang menetes dan barulah dia menyadari bahwa orang tua yang dihadapannya bukan orang sembarangan. Lututnya bergetar dia merasa kalah Ratu Rara santang yang terus memperhatikan kakaknya segera membantunya namun tongkat itu tetap tak bergeming, akhirnya mereka mengaku kalah. Hai Orang tua ... Aku mengaku kalah dan aku tak mungkin sanggup melawan ali, melawan dirimu pun aku tak bisa tapi ijinkan aku bertemu dengannya dan berguru kepadanya. Kakek itu kembali tersenyum... anak muda, Jika Kau ingin bertemu Ali maka akulah Ali, tiba - tiba mereka berdua bersujud kepada orang tua itu namun tangan orang tua itu dengan cepat mencegah keduanya bersujud. Jangan Bersujud kepadaku anak muda... Bersujudlah kepada Zat yang menciptakanmu yaitu Allah ... Akhirnya mereka berdua mengikuti orang tua itu yang ternyata ALi bin Abu Tholib ke Baitullah dan masuk ke Agama Yang diridhoi Allah yaitu Islam. ( Bersambung )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun