Mohon tunggu...
Jihan Agnel
Jihan Agnel Mohon Tunggu... Penulis - Your secret writer

You matter. No matter what.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjadi Penulis (Kembali)

26 Januari 2019   16:57 Diperbarui: 26 Januari 2019   17:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang yang hobi menulis sepertiku, sering kali mengalami masa writer's block. Hal yang didukung oleh rasa malas, lelah setelah seharian bekerja, atau sesederhana merasa kehilangan kata-kata untuk dituliskan. Aku juga merasakannya, bahkan lebih lama dari yang kukira. Dulu, aku lebih sering menulis ketika sedang patah hati. 

Aku menjadikan hobi menulis sebagai media untuk menyalurkan perasaanku. Aku orang yang tertutup, maksudku, aku hanya menceritakan masalahku pada beberapa orang yang kupercaya. Ah iya, bila itu kamu yang sering mendengar ceritaku, percayalah bahwa aku telah nyaman untuk menceritakan segala hal padamu dan aku mulai terbuka tentang apapun dari hidupku.

Balik lagi mengenai masalah tulisan, iya, aku bahkan bisa menyelesaikan sebuah novel setelah patah hati. Tapi tidak aku publish, ceritanya terlalu nyata dan membuatku geli sendiri untuk membacanya. Lalu seiringnya bertambah usia, bertambah pengalaman, dan pemahaman akan hidup. Aku mulai menulis dengan kisah yang berbeda. 

Meski nyatanya kegiatan menulis masih aku jadikan media untuk mencurahkan segala perasaan. Toh setiap orang berbeda-beda bukan? Ada yang memilih untuk menceritakan segala hal lewat media tulisan, dan aku salah satunya.

Ada suatu masa ketika aku terus menulis dan sedikit acuh dengan kehidupan asmara. Aku pasrahkan segalanya pada takdir Tuhan. Tapi ternyata hal itu justru menarik bagi seseorang. Seseorang yang membuatku semakin produktif menulis ditengah kesibukanku bekerja. Seseorang yang mungkin sedikit kesal dengan ke-produktif-anku atau mungkin justru ia senang melihatku produktif menulis? Entahlah. 

Dengannya banyak sekali kesempatan yang mendatangiku di dunia tulis. Hingga suatu hari aku mendapatkan email dari penerbit online bahwa aku berkesempatan untuk menerbitkan beberapa ceritaku secara online. Hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bukankah ini merupakan sebuah kesempatan bagus untukku? Langkah awal yang aku nantikan untuk menjadi penulis.

Pada waktu yang bersamaan, seseorang yang selalu menghiasi keseharianku dan membuatku produktif justru mulai memberikan tanda-tanda aneh. Ia mulai menghindariku. Aku sedikit meghiraukannya, bukan karena aku tidak peduli, hanya saja aku berpikir mungkin ia memerlukan waktu sendiri. Tepat di hari ketika deadline surat kerjasama dan sinopsis cerita harus dikirimkan, seseorang tersebut berkata ingin bertemu denganku. 

Aku masih menyempatkan paginya untuk mengirimkan surat kerjasama dan sinopsis cerita meski dengan pikiran yang tidak karuan. Hatiku gelisah semenjak seseorang itu berubah perangainya. Intuisi wanita bekerja saat itu tapi aku masih mencoba untuk melogiskan keadaan, meski sulit.

Aku sebetulnya belum puas dengan sinopsis dan editan cerita yang aku tuliskan. Rencananya segala hal tersebut akan aku revisi malam harinya. Tetapi malam itu aku merasa harus segera bertemu dengan dirinya. Aku kirimkan seadanya email kerjasama, sinopsis, serta editan cerita. Malam harinya aku menemui dia dengan jantung yang berdebar. 

Kamu tau rasanyakan ketika sebuah hubungan akan berakhir, kamu sadari hal itu, tapi kamu masih berusaha menenangkan dirimu bahwa semua akan baik-baik saja. Iya, seperti itulah keadaannya. Bisa kamu bayangkan pula bila kejadiannya tepat dua hari sebelum hari ulang tahunmu.

Aku menemuinya dan berusaha untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Aku sendiri tidak mengerti apa yang terjadi. Semuanya terjadi sangat cepat, padahal tidak ada pertengkaran sama sekali. Entah bila ia memiliki alasan yang tidak pernah aku sadari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun