Aku menjadi malu dengan kegagapan yang menyergapku kali ini.
"Oh, iya. Ini toko milikku dan kakakku"
Sial, aku hanya bisa membalasnya sekian kata. Mulutku seolah terkunci. Nafasku tidak teratur. Otakku bekerja tidak karuan. Pertanyaan apa yang baiknya aku lontarkan kepada Ulis kini?
" Kamu, dengan siapa ke sini?" Hanya itu yang terpikirkan olehku.
Ulis lagi-lagi tersenyum padaku. "Sendirian"
"Sudah makan?"
"Sudah, baru saja."
"Mau minum kopi denganku?"
"Kopi? Boleh"
Seakan ada angin sejuk melewatiku relung di hatiku. Sudah lama aku tidak bercengkrama dan minum kopi dengannya.
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!