Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dapat Berita Meresahkan? Cek Dulu Kebenarannya!

3 November 2016   08:13 Diperbarui: 3 November 2016   11:47 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Media Sosial untuk penyebaran Informasi. Sumber: Maxmanroe

Saya sering merasa jengkel kepada salah satu teman saya yang asal share informasi tanpa membaca  isi informasinya terlebih dahulu di media sosial. Padahal, informasi yang dibagikan tersebut tergantung pada subjektivitas dirinya sendiri. Misalnya, info tentang kesalahan seorang tokoh, kekurangan seorang tokoh, pokoknya semua buruk-buruk dari tokoh yang tidak disukainya. Dari ulahnya tersebut, banyak orang yang terhasut, terutama orang-orang yang sepaham dan se ide dengan dia lantas kembali melakukan share di beranda masing-masing sehingga terciptalah jaringan koneksi share informasi tanpa batas.

Saat ini menemukan informasi sangat mudah terutama di media sosial. Hanya dengan mengetik satu kata di Google, sudah muncul rentetan yang relevan dengan pencarian kita. tak lebih dari 2 detik, jejeran artikel yang kita cari tinggal menunggu cucukan jari kita, mana informasi yang kita lahap, mana yang sesuai dengan pikiran, kemauan, dan trending terkini. Informasi tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya mahal-mahal, cukup dengan membeli paket data bulanan atau kuota, sudah mampu cari data sepuasnya di jagat maya.

Santapan informasi jagat maya lebih didominasi oleh kaum muda yang rentan terhadap bahaya provokasi suatu objek. Terutama judul-judul yang berbau penghinaan SARA, berbau provokatif, penghinaan, dan nilai-nilai negatif dari subjek dan objek berita, berita ini langsung laku keras dikalangan generasi muda. Ibarat makan nasi uduk ditengah landaan kelaparan, nasi itu seketika habis tanpa tersisa satu butir nasi pun.

Akibatnya bukan hanya bagi 1 orang, tetapi berdampak luas bagi orang lain karena fasilitas membagikan informasi di media sosial sangat mudah. Cukup dengan mengklik share di media sosial atau copy paste url berita yang berkaitan sudah sah untuk dibagikan kepada orang lain. Jika orang yang dibagikan masih melakukan verifikasi terhadap data yang dibagikan, sudah barang tentu dia tidak akan terhasut atau langsung terprovokasi dengan berita yang didapatkan dari hasil share tersebut.

Yang membahayakan adalah ketika orang yang dibagikan informasi tidak melakukan verifikasi data terlebih dahulu, kemudian menulis caption yang semakin menyulut kemudian di-share kembali sehingga terciptalah pohon jaringan informasi. Salah satu kasusnya adalah pemotongan video kontroversial yang dilakukan oleh Buni Yani sehingga menimbulkan kebencian yang mendalam dari umat Islam kepada gubernur DKI Jakarta. Karena kalimatnya provokatif, judul yang provokatif, kemudian tendensius menyangkut hal berbau agama, maka terjadilah ledakan emosi kaum mayoritas. Tak pelak menimbulkan ketegangan baik dalam dunia nyata, maupun dunia sosial, termasuk dunia politik terkait menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017.

Itulah satu akibat dari menyebarkan informasi tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Lantas, bagaimana melakukan verifikasi agar tidak terbawa arus emosional dan provokatif kelompok tertentu?

Informasi yang sangat beragam membuat orang malas untuk mempelajari kembali kebenaran informasi yang didapatkan terutama di jagat media sosial. Agar Anda tidak terjerumus kedalam jurang provokasi dan berita hoax, segera cari berita yang berhubungan kemudian hubungkan keterkaitannya. Apakah secara kuantitif sudah benar, dan apakah secara kualitatif sudah pas dengan kondisi disekitar. Jika kejadian tersebut ada dilingkungan sekitar, ada baiknya langsung kunjungi TKP karena pandangan mata lebih bermakna original daripada persektif penulis atau orang lain.

Jika kita masih belum paham terhadap suatu informasi tertentu, ada baiknya segera tanyakan kepada orang lain, teman, sahabat, keluarga atau orang yang layak dijadikan sebagai teman diskusi dengan syarat harus lebih dari 2 orang, jadi ada pembandingan opini yang akan anda lakukan. Cari orang yang bisa mengkaji suatu informasi dari objektivitas dan mengesampingkan subjektivitas agar tidak ada efek emosional yang dihasilkan dari pembahasan informasi terkait.

Jika informasi tersebut memberitakan sudut pandang seorang tokoh terhadap suatu kejadian atau tokoh lainnya, perhatikan juga latar belakang pendidikannya, aspek personalitasnya, objektivitasnya, track record-nya, dan gaya bahasa yang digunakan saat menyampaikan opini. Saat ini banyak tokoh yang menyampaikan opini dan mengatasnamakan kebutuhan rakyat Indonesia, rakyat miskin, dan kepentingan bersama untuk memuluskan niat dan ideologinya.

Terakhir, lakukan verifikasi 5W + 1 H. Inilah yang menjadi inti dari semua informasi yang kita dapatnya. Jika unsur tersebut secara meyakinkan jauh dari unsur subjektivitas, informatif, aktual, dan terpercaya, maka silahkan lakukan share informasi di media sosial anda dengan caption yang objektif juga.

Dengan langkah demikian, maka kita tidak akan mudah terjerumus kedalam jurang informasi hoax dunia maya. Jadilah manusia yang selektif, objektif dalam menganalisa berita agar tidak terbawa kedalam masa renaissance-nya informasi. Kemudahan dalam berbagi informasi terkadang menjadi bumerang bagi kita jika kita tidak mampu melakukan verifikasi data secara akurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun