Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Lese Majeste: Resesi hingga Gaya Hidup Sang Raja, Thailand Kian di Ujung Tanduk

26 September 2020   12:36 Diperbarui: 26 September 2020   19:59 5067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjuk rasa pro-Demokrasi mengancungkan salam 3 jari menuntut reformasi pada tanggal 10 Agustus 2020 lalu di Bangkok, Thailand. Sumber: kompas

Kebijakan lockdown membuat jurang kesenjangan ekonomi semakin menganga karena tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang mengakibatkan tingkat penangguran semakin tinggi.

Tingkat pengangguran yang semakin tinggi mengakibatkan lesunya daya beli yang berakibat pada menurunya tingkat konsumsi rumah tangga sehingga membuat Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Thailand selalu mengalami penurunan dari kuartal ke kuartal.

Situasi yang sangat kompleks ini dalam suatu momentum menghadirkan beragam tuntutan dari rakyat Thailand. Secara politis, rakyat Thailand menginginkan agar Perdana Menteri Prayuth Chan-o-Cha mundur dari jabatannya.

Rakyat kemudian mendesak agar diterapkan konstitusi yang baru oleh Thailand agar segera bisa menggelar pemilu untuk merombak parlemen yang saat ini tidak dipercaya oleh rakyat lagi.

Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha yang dituntut mundur oleh massa demonstran pro Demokrasi/reformasi. Sumber: Detik
Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha yang dituntut mundur oleh massa demonstran pro Demokrasi/reformasi. Sumber: Detik
Khusus untuk kerajaan itu sendiri, para demonstran menuntut agar dilakukan reformasi monarki dimana agar bentuk negara Thailand diubah menjadi Republik.

Meski demikian, mereka tetap mengakui adanya kerajaan dan kekuasaan kerajaan tetapi rakyat ingin kekuasaan monarki Raja Maha Vajiralongkorn dikurangi.

Para demonstran juga menginginkan pemotongan anggaran kerajaan, penghapusan pasal Lese Majeste, pemisahan properti kerajaan dan kekayaan pribadi raja, raja bertanggungjawab kepada parlemen.

Massa pengunjuk rasa bahkan mengancam jika tuntutan ini tidak diterima maka para demonstran akan melakukan aksi mogok massal dengan jumlah yang lebih banyak lagi pada Oktober 2020 nanti.

Tentu menarik untuk dinantikan, multidinamika yang sedang bergejolak di Thailand sangat bergantung pada respon pemerintahan Thailand.

Satu sisi Thailand tidak ingin ada kluster baru Covid-19 berkembang, satu sisi Thailand musti mempertimbangkan tuntutan yang bakal merubah hampir seluruh dinamika tatanan pemerintahan dan politik dan kerajaan Thailand.

Pilihan ini membuat Thailand di ujung tanduk. Mungkin jika sang Raja Maha Vajiralongkorn bisa diterima oleh hati masyarakat Thailand layaknya sang ayah Raja Bhumibol yang sangat dicintai dan Perdana Menteri Prayuth Chan-o-Cha yang tidak anti kritik, tidak otoriter dan serba militer, besar kemungkinan situasi genting ini tidak akan terjadi mengingat sedang berada dalam kondisi Pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun