Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Banjir Menghantui Jakarta, Waspada Potensi Masif Penyebaran Covid-19

22 September 2020   20:14 Diperbarui: 22 September 2020   20:18 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi Banjir di Jakarta yang melumpuhkan aktivitas serta berpotensi membuat pusat kerumunan. Sumber : Antaranews

Bak perempuan seksi dan cantik, begitulah Jakarta yang selalu tak pernah luput dari perhatian seantero negeri. Selama ini, Jakarta menjadi perhatian utama dalam penanganan Covid-19. 

Selain karena angkanya yang tertinggi dibanding provinsi lainnya, Jakarta juga merupakan sentra perekonomian sehingga segala sesuatu keputusan baik daerah maupun pusat menjadi berita menarik bagi khalayak umum. Jakarta juga merupakan pusat segala kegiatan jasa di negeri ini sehingga sedikit saja ada perubahan, sudah pasti perhatian menuju Ibukota.

Hingga hari Selasa, 22 September 2020 Jakarta masih memegang tertinggi baik kasus harian maupun kumulatif Covid-19 dengan catatan harian 1.236 kasus positif. Total keseluruhan 64.554 dari angka nasional sebesar 252.923 kasus positif. Ini artinya, DKI Jakarta menyumbang atau (25,5%) terhadap total kasus nasional dari 34 provinsi di Indonesia.

Angka tersebut memang sangat besar apalagi jika dibandingkan dengan 33 provinsi lainnya. Provinsi terbanyak kedua, Jawa Timur bahkan berada jauh dibawah angka positif DKI Jakarta, yaitu 41,417 kasus positif atau 16,3% dari kasus positif nasional. Tetapi angka ini satu sisi juga sebuah pencapaian yang patut diapresiasi karena kemampuan tes Covid-19 DKI Jakarta jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain.

Per bulan Agustus saja, DKI Jakarta telah melakukan tes lebih dari 500.000 orang dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), menyumbang separuh angka tes nasional yang telah melewati 1 juta tes PCR, jadi sebuah kewajaran jika angka positif Covid-19 di DKI Jakarta bisa lebih tinggi dari provinsi lainnya. Tetapi tingginya angka kasus positif di DKI Jakarta juga nampaknya disikapi serius baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah provinsi DKI Itu sendiri. PSBB jilid II bahkan diberlakukan setelah rata-rata harian positif Covid-19 di DKI Jakarta selalu menyentuh angka 1.000 pasien positif atau 1/3 dari jumlah positif nasional.

Ini memang mengkawatirkan karena tingginya angka positif kurang bisa ditandingi dengan ketersediaan tenaga medis dan fasilitas karantina yang memadai. Hal ini terlihat dari jumlah kapasitas tempat tidur isolasi pasien Covid-19 yang sudah terpakai, lebih dari 80% sudah terpakai di seluruh 67 rumah sakit rujukan di DKI Jakarta, apalagi kebijakan pemerintah daerah yang menyatakan bahwa tidak akan diperbolehkan bagi pasien untuk isolasi mandiri membuat ketersediaan rumah sakit semakin terbatas.

Jumlah pasien dan kebutuhan ruangan yang meningkat tentu berjalan seiring dengan kebutuhan tenaga medis yang meningkat. Awal September, Pemprov DKI Jakarta bahkan merekrut ribuan tenaga kesehatan untuk menjadi garda terdepan untuk melawan Covid-19.

Seperti hari-hari biasanya, jumlah kasus yang belum mengalami penurunan membuat DKI Jakarta kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) walau pada pelaksanaannya jauh kurang ketat dibanding dengan PSBB pada bulan April (Jilid I). Mungkin dengan pertimbangan aspek ekonomi, Jakarta lebih melonggarkan PSBB untuk menekan jumlah kasus positif harian.

Banjir dan Potensi Penyebaran Covid-19

Ilustrasi Posko banjir yang memungkinkan potensi penyebaran covid-19 lebih besar. sumber : Tempo
Ilustrasi Posko banjir yang memungkinkan potensi penyebaran covid-19 lebih besar. sumber : Tempo
Belum usai mengurusi Covid-19 yang tak berujung kepastian, kini DKI Jakarta dihadapkan kepada masalah klasik, yaitu banjir. Jika ada orang bertanya bagaimana soal macet, agaknya sedikit terjawab terkendali karena efek PSBB yang mengakibatkan orang lebih enggan bepergian. Tetapi, bagaimana dengan hujan atau banjir? Apakah bisa dibatasi? Tentu tidak, apalagi banjjir kiriman dari Bogor selalu momok yang menakutkan bagi warga Jakarta terutam di daerah yang rawan terkena banjir.

Hujan deras mengguyur DKI Jakarta plus banjir kiriman dari Bogor pada kisaran minggu ke-4 bulan September 2020 mengakibatkan banjir yang merendam rumah warga dimana-mana. Per Tanggal 21 September, hujan deras di DKI Jakarta sudah menggenangi 63 RT dengan 104 jiwa pengungsi. Tak hanya pemukiman penduduk, banjir juga menggenangi jalan lalu lintas sehingga membuat mobilitas warga tersendat dimana-mana.

Rendahnya kualitas drainase, banjir kiriman dan kekurangsiagaan menghadapi banjir membuat Jakarta kini dihadapkan dengan segudang masalah. Jika tidak siap, maka akan lebih fatal karean Covid-19 siap-siap mengintai di tenda-tenda penampungan. Virus Corona akan lebih cepat menyebar karena imunitas manusia kan menurun dikala harus beristirahat di tempat penampungan yang semi terbuka, cuaca yang tak menentu hingga kualitas makanan dan minuman yang patut dijaga agar mengurangi resiko penularan Covid-19.

Selain menjaga imunitas tubuh dan kesehatan, penting juga diperhatikan agar setiap warga tetap menjaga protokol kesehatan dengan tetap memakai masker dan tetap menjaga social/physical distancing serta pemeriksaan berkala terhadap siapapun yang menjadi korban banjir.

Korelasi Banjir dan Covid-19 dinyatakan positif oleh beberapa ahli virus (Virolog) bahkan berpotensi besar meningkatkan penyebaran secara cepat dan massif karena dalam kondisi banjir, saluran got tergenang air, sungai meluap hingga toilet, kamar tidur dan kursi juga bisa ikut terendam. Air yang menggenangi tempat tersebut bisa saja mengandung urine hingga tinja banyak warga yang memungkinkan kandungan droplet berupa cairan ludah dan ingus sembarang orang lebih tinggi dan mudah tersebar kemana-mana.

Menurut Sebastian Wurtzer, Virolog dari Prancis menyatakan ada konsentrasi virus corona di air limbah, berdasarkan hasil penelitiannya di air limbah saat wabah Covid-19 merebak. Studi yang sama juga dilakukan oleh ilmuwan Amerika Serikat dan Belanda yang meneliti saluran pembuangan yang menampung 600 ribu orang Australia periode Maret hingga April 2020. Dari hasil temuan, ditemukan virus Corona dalam jumlah yang relative merata hampir disetiap limbah. Saat kasus meningkat, semakin banyak ditemukan virus Covid-19 di limbah tersebut. Tetapi WHO menyatakan potensi infeksinya rendah meski virus yang ditemukan banyak dalam limbah tersebut.

Meski WHO menyatakan resiko penularan Covid-19 lewat air banjir kecil, tetapi tetap saja peluang untuk terinfeksi ada karena banjir akan mengumpulkan kerumunan dalam suatu tempat tertentu yang mempermudah penyebaran virus itu sendiri.

Banjir menjadi perhatian lebih agar pemerintah bersama masyarakat lebih berhati-hati dalam meminimalisir penyebaran Covid-19 dengan mengutamakan protokol kesehatan dan social distancing. Ingat, Covid-19 siap mengintai individu yang kesehatannya rentan sehingga alangkah baiknya jika pemerintah daerah dan pusat langsung membuat tindakan preventif dengan mengungsikan terlebih dahulu warga yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Jika memang banjirnya belum bisa teratasi, setidaknya potensi penyebaran massif Covid-19 bisa diminimalisir sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun