Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

75 Tahun Indonesia Merdeka, Harapan, dan Ancaman Resesi

14 Agustus 2020   15:12 Diperbarui: 19 Agustus 2020   10:32 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi transaksi ekonomi di masa pandemi (Kontan/Fransiskus Simbolon)

Pada Semester I atau kuartal I dan II, Indonesia telah membelanjakan APBN senilai Rp1.000 triliun. Diharapkan, pemerintah mampu memaksimalkan anggaran Rp 1.700 triliun dengan rincian Rp 700 Triliun di kuartal III dan Rp 1.000 Triliun lagi di kuartal IV.

Penyaluran bantuan tunai dan berbagai bantuan lainnya mestinya lebih diprioritaskan lagi untuk menjaga daya konsumsi masyarakat Indonesia walau sebenarnya tidak terlalu produktif, tetapi ini adalah strategi paling efektif untuk mendorong daya lebih masyarakat serta pemerintah berupaya konsisten menjaga keseimbangan pasar agar tidak terjadi inflasi berlebih.

Berbagai kebijakan digenjot agar Indonesia terhindar dari resesi. Indonesia konsisten memberikan bantuan tunai hingga kebijakan terbaru pemberian bantuan tunai kepada pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta, stimulus fiskal, perbankan, kredit, subsidi, dan berbagai upaya lain.

Tetapi, perlu diperhatikan agar pemberian stimulus tidak asal jor-joran dan dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian. Stimulus Rp 695,2 triliun atau setara 4,2% PDB di masa pandemi perlu dimaksimalkan sebaik mungkin di samping perlu memperhatikan defisit APBN yang meningkat menjadi Rp 1.039,2 triliun atau 6,34% APBN yang semula diperkirakan hanya Rp 307,2 triliun atau hanya 1,72% saja.

Lalu, dari mana sumber biaya untuk menangani defisit ini? Opsi terbesar ada pada "utang" sebagai sumber pembiayaan dengan risiko terkecil pada saat ini, tetapi perlu berhati-hati dalam menggelontorkan stimulus mengingat utang yang dibebankan kepada negara sudah semakin besar.

Meski demikian, harapan untuk selalu optimis tidak akan tenggelam karena begitu badai pandemi selesai menjerat dunia, ekonomi Indonesia akan rebound dengan cepat. Ini artinya, kita akan kembali bertumbuh cepat karena ditopang oleh angka konsumsi yang tinggi, investasi yang besar, manufaktur serta komoditas ekspor yang bisa menopang perekonomian negara Indonesia.

Sembari di satu sisi, kita perlu menyadari bahwa pembangunan infrastruktur (baik industri, jasa, maupun fisik) adalah fondasi terbaik suatu negara untuk bertahan dari badai krisis dunia sebagaimana Tiongkok bisa lepas dari badai resesi meski sempat mencatatkan pertumbuhan yang negatif pada kuartal pertama. 

Pembangunan sektor industri secara besar-besaran akan membuat kemampuan produksi barang dalam negeri kita semakin kuat, termasuk untuk kegiatan ekspor ke seluruh dunia terutama dalam bidang teknologi komunikasi, ritel, farmasi, dan pangan.

Slogan Indonesia Maju tidak akan hanya menjadi sekedar slogan jika kita bisa belajar dari pandemi ini. Indonesia maju dibangun mulai dari fondasi sumber daya manusia dan perekonomiannya yang kuat secara totalitas agar menghasilkan tembok yang mampu menahan setiap badai krisis kesehatan dan ekonomi yang mendera.

Mungkin, di usia ke-75 tahun ini, bisa jadi resesi akan menjadi kado pahit, tetapi kita berpengalaman menghadapi berbagai krisis regional maupun global sehingga Indonesia patut optimis untuk menghadapi resesi.

Tapi juga mampu bangkit lagi setelah terjatuh dari jurang resesi yang kemungkinan sebentar lagi akan menghimpit badan Indonesia kita, apalagi saat ini vaksin Covid-19 sedang diuji klinis dan prediksinya tahun depan sudah bisa diproduksi secara massal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun