Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Trump Vs Huawei, dari Perang Dagang Menjadi Perang Teknologi

30 Mei 2019   21:53 Diperbarui: 31 Mei 2019   11:44 3274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegeraman Donald Trump terhadap perusahaan telekomunikasi asal Tiongkok, Huawei. sumber : Nextrend.grid.id

Intel juga mau tidak mau harus beraksi dan mengikuti perintah Trump. Tak ingin mengambil resiko, Intel juga memutuskan kerjasama dengan Huawei. Intel berperan penting dalam memproduksi "chip" untuk server Huawei, procesor Laptop dan sejenisnya.

Qualcomm juga terpaksa menghentukan kerja sama dengan Huawei di mana Qualcomm merupakan supplier Huawei khusus dalam bidang Modem dan processor. 

Broadcom juga tak ketinggalan, tak ingin mendapat sanksi dari excecutive order, Broadcom langsung memutuskan hubungan kerjasama dengan Huawei.

Perusahaan asal Eropa juga tak ketinggalan memutus kerja sama dengan Huawei. Salah satunya Infineon, perusahaan yang bergerak di bidang semikonduktor yang berbasis di Muenchen, Jerman. 

Perusahaan-perusahaan teknologi di dunia merupakan perusahaan yang interconected atau saling memiliki ketergantungan dan hubungan antara satu dengan yang lain. Jika salah satu komponen bermasalah, maka berbagai perusahaan lainnya juga akan mengalami hal yang sama. Pukulan kesalah satu entitas, ini akan berdampak ke seluruh ekosistem industri teknologi. 

Untuk Qualcomm misalnya, 2/3 pangsa pasarnya berada di Tiongkok, di mana Huawei sekaligus perusahaan teknologi yang menyerap produk Qualcomm terbesar di Tiongkok. 

Untuk 2018 saja, Huawei membeli komponen (chip, processor, software, dll) dari 30 perusahaan di AS yang menjadi supplier Huawei senilai USD 11 Miliar. 

Angka yang sangat fantastis untuk menyumbang PDB AS sekaligus dilema dengan hilangnya minimal senilai angka tersebut karena kebijakan perang dagang dalam bidang teknologi ini.

Kebijakan Trump satu sisi ingin menyelamatkan hak kekayaan intelektual dan berbagai cara yang dianggap ilegal selama ini, tetapi satu sisi menjadi berat bagi perusahaan teknologi di AS karena Tiongkok melalui Huawei merupakan sasaran terbesar pangsa pasar mereka. Hal inilah yang membuat saham-saham perusahan teknologi AS di bursa saham menurun dan "rontok" sehari setelah "executive order" diresmikan oleh Trump.

Tak ingin mengambil resiko lebih dalam dengan menurunnya nilai saham sejumlah perusahaan beken teknologi AS, Trump mencoba memberikan sedikit kelonggaran kepada Huawei untuk membeli equipment yang dibutuhkan serta mengupdate softwarenya dalam jangka waktu 90 hari setelah executive order diresmikan.

Multiplier Effect

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun