Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pertumbuhan Ekonomi Menurun, Lambatnya Investasi dan Ekspor dan Kepastian Pasca Pemilu

7 Mei 2019   13:54 Diperbarui: 8 Mei 2019   12:41 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Sumber : kompas.com

Perekonomian Indonesia tumbuh 5,07% secara tahunan (Year on Year atau YoY) di kuartal pertama (I) tahun 2019. Angka ini merupakan angka yang besar, bahkan Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik kedua diantara negara G-20 setelah Tiongkok yang mampu melaju sebesar 6,40% di kuartal pertama. Amerika Serikat yang berada diperingkat ketiga bahkan hanya mampu mencapai angka 3,20% disusul oleh Spanyol sebesar 2,40%.

Namun, nilai 5,07% tersebut ternyata jika ditelisik ke tahun 2018, laju pertumbuhan mencatatkan negatif 0,52% secara tahunan YoY sebab pada kuartal keempat tahun 2018, perekonomian Indonesia mampu mencatatkan laju pertumbuhan perekonomian sebesar 5,18% dari tahun sebelumnya. Padahal, Bank Indonesia sebelumnya telah meramalkan ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 5,2% di kuartal I tahun 2019.

Kinerja perekonomian Indonesia ini mengindikasikan momentum pertumbuhan ekonomi nasional terus terjaga, meski melambat dibandingkan dengan Triwulan IV-2018 sebesar 5,18%. Bank Indonesia juga menilai pertumbuhan yang melambat ini tidak terlepas dari pengaruh pola musiman awal tahun serta dampak dari perbaikan pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah dari perkiraan.

Pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2019 lebih ditopang oleh permintaan domestik yang dipengaruhi oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dan konsumsi rumah tangga yang meningkat pesat dari 10,79% pada triwulan IV-2018 menjadi 16,93% (yoy), didorong oleh belanja konsumsi terkait dengan persiapan penyelenggaraan pemilu 2019. Konsumsi rumah tangga Indonesia juga didukung oleh tingkat inflasi yang terkendali, didukung juga oleh pendapatan masyarakat dan tingkat keyakinan konsumen yang baik. 

Faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang berdampak 14,10% karena musim panen dari bulan Januari - Maret, kemudian disusul oleh jasa keuangan dan asuransi sebesar 3,33%. 

Lambatnya Investasi dan Ekspor

Ilustrasi Investasi sumber : akuratnews
Ilustrasi Investasi sumber : akuratnews
Investasi dan ekspor merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Melambatnya kinerja investasi dan ekspor membuat pertumbuhan ekonomi nasional negatif (yoy). Adapun kinerja investasi pada kuartal I-2019 tumbuh melambat menjadi 5,03% dari yang sebelumnya tumbuh sekitar 7%. pada saat yang sama, ekpor negara Indonesia negatif 2,08.

Melambatnya investasi ini dikarenakan pesta demokrasi Indonesia dalam kurun waktu setengah tahun terakhir ini. Perhatian pemerintah begitu terfokus terhadap aktivitas politik dan isu-isu yang berhubungan dengan sosial sehingga tidak menjadikan isu investasi dan ekspor menjadi perhatian utama.

Lambatnya investasi ini disertai dengan lemahnya growth manufaktur yang bisa jadi mengancam kualitas pertumbuhan perekonomian dalam jangka panjang. Pembangunan infrastruktur yang memang harus diakui belum mampu memberikan multiplier effect terhadap perekonomian nasional. 

Kinerja ekspor juga patut menjadi perhatian utama yang tak bisa disepelekan begitu saja. Menurun senilai 2,08 dari Kuartal IV tahun lalu, ini perlu menjadi perhatian serius sebab pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan bakal melesu. IMF bahkan mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,5% menjadi 3,3% pada tahun ini.

Pada kuartal I tahun 2019, kinerja ekspor Indonesia sebesar US$ 40,51 Miliar lebih rendah dari capaian ekspor kuartal I tahun 2018 yang menyentuh angka US$ 44,27 Miliar. Pada sisi yang lain, kinerja eskpor yang menurun tak mampu mengimbangi kinerja impor pada kuartal I tahun 2019 sebesar US$ 40,7 Miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit US$ 193,4 Juta pada kuartal 1 tahun 2019.

Kepastian Pasca Pemilu

Setelah pemilu selesai, pemerintah sudah bisa mengembalikan fokusnya dalam peningkatan investasi, terutama dari sektor swasta dan luar negeri. Dengan adanya kepastian tentang pemerintahan terpilih dan merendahnya suhu perpolitikan, investor memiliki kepastian proyeksi ekonomi, politik dan regulasi yang jelas dalam menanamkan investasinya. Dengan demikian, angka investasi bukan tidak mungkin akan bisa melampaui 7%.

Pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai angka cukup tinggi pada kuartal III/2019 dan kuartal IV/2019. Hal tersebut dipicu oleh adanya arus investasi yang masuk setelah terbentuknya pemerintahan baru. Akselerasi ini dipicu oleh optimisme investor terhadap penyelenggaraan pemilu di Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan bisa mencapai 5,1 hingga 5,3%.

Demikian juga dengan konsumsi rumah tangga, momentum Ramadhan dan Idul Fitri akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal I tahun 2019. Hal yang sama juga akan meningkat disektor ritel dengan momentum yang sama.

Ke depan, bauran kebijakan BI terus ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan turut menopang pertumbuhan ekonomi. Bauran kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait juga akan senantiasa diperkuat guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. 

Soal ekspor, terutama komoditas utama kita seperti kelapa sawit, karet dan batu bara, indonesia perlu mewaspadai pertumbuhan ekonomi dari mitra dagang utama seperti Tiongkok, Jepang, India dan Singapura, serta perhatian terhadap berbagai sentimen yang mewarnai sektor pedagangan kedepannya. Salah satunya adalah Indonesia perlu mewaspadai kampanye negatif terhadap CPO (Crude Palm Oil/Minyak sawit mentah) yang diberikan oleh Eropa, Indonesia perlu mendapatkan kepastian yang lebih baik lagi.

Iklim investasi yang baik bagi para investor, peningkatan ekspor kepada semua negara mitra dan pencarian mitra dagang yang baru, konsumsi rumah tangga akan menjadi peluang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian terlebih pasca pesta demokrasi yang sudah selesai pada April lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun