Mohon tunggu...
Jhoni Kristian
Jhoni Kristian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mari Mulai Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasepuhan Ciptagelar: Warisan Budaya Leluhur dan Semesta

13 Oktober 2020   16:22 Diperbarui: 13 Oktober 2020   16:31 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasepuhan Ciptagelar adalah masyarakat hukum adat di kawasan pedalaman Gunung Halimun-Salak. Kasepuhan sendiri berarti yang dituakan, diambil dari bahasa Sunda. 

Saat ini, Kasepuhan Ciptagelar sendiri berada di wilayah dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.  Kasepuhan ini sendiri dihuni oleh sekitar 293 orang. Warga di Kasepuhan Ciptagelar sendiri memegang teguh adat da tradisi yang bersandar pada budaya pertanian khusunya padi.

 Kasepuhan Adat Ciptagelar mulai berdiri pada 1368 dan telah beberapa kali mengalami perubahan kepemimpinan yang dilakukan secara turun temurun. 

Jika dilihat secara historis tentu kasepuhan ini merupakan salah satu kasepuhan tertua di Indonesia yang sampai saat ini masih ada. Menariknya, dalam keberadaannya, Kasepuhan Ciptagelar masih tetap memegang teguh warisan-warisan leluhurnya dulu sampai saat ini.

Melihat dari kacamata komunikasi budaya, Kasepuhan Ciptagelar dapat kita kenalin dengan dua dimensi yang sangat dekat. Yaitu Dimensi Kolektivisme yang disampaikan oleh Hofstede dan dimensi  Orientasi Manusia/Alam yang disampaikan Kluckhohn and Strodtbeck's. 

Budaya kolektif menekankan keanggotaan kelompok, dan individu secara emosional, dan dalam beberapa kasus, secara fisik tergantung pada organisasi dan lembaga. 

Dalam menjalankan kehidupannya, masyarkat Ciptagelar sangat mengedapankan kerja sama dalam segala hal.  Dalam tradisi adat yang dimiliki seperti Ngaseuk, Mipit, Nganyaran, Ponggokan, dan Serantaun yang dilakukan kasepuhan ini, semuanya mengedapankan kerja sama dari seluruh anggota ciptagelar sendiri. 

Selain itu dalam pertanian yang dilakukan oleh kasepuhan ini, masayrakat hanya akan memanam satu kali dalam satu tahun dan tidak boleh dijual. Hal nin dilakukan guna menjamin ketahanan pangan bagi sekitar 30000 warganya untuk satu tahun kedepan. 

Disinilah dapat terlihat jelas pula, bahwa budaya kolektivisme sangat erat terjalin di kasepuhan Ciptagelar karena proses penjaminan kehidupan pangan mereka yang dilakukakan bersama.

Selanjutnya, dalam Kasepuhan Ciptagelar juga terdapat tradisi yang disebut  Ponggokan. Pada tradisi ini yang dilakukan oleh  masyrakat ciptagelar ialah bentu permintaan maaf kepada "Ibu Bumi" yang telah diolah untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarkatnya. 

Ibu Bumi yang maksud disini ialah Bumi sendiri atau Alam semesta yang menjadi pusat pertanian mereka. Masyarkata Kasepuhan Ciptagelar memang sangat menghargai bumi dan alam semesta dalam kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun