Mohon tunggu...
Politik

Pemimpin Berulah, Fondasi NKRI Sedang Goyah?

18 April 2017   13:05 Diperbarui: 18 April 2017   13:16 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk membuat bangunan, hal pertama dan terpenting adalah membuat fondasi yang kuat. Karena tanpa fondasi yang kuat, maka semegah dan sebagus apapun bangunan akhirnya akan hancur dan tidak bisa digunakan juga.

Dalam kehidupan berbangsa dan ber Negara, fondasi yang paling baik adalah adanya rasa kepercayaan, rasa keadilan dan rasa nyaman dan aman. Dengan adanya rasa kepercayaan antar satu sama lain, maka akan terjalin kerjasama yang kokoh. Perbedaan akan menjadi perekat, karena sebelumnya telah ada rasa saling percaya satu sama lain.

Dengan adanya rasa keadilan, maka tidak akan memunculkan kecumburuan dan saling iri. Keadilan dihadapan hukum contohnya, dengan persamaan semua orang dimata hukum membuat masyarakat merasa kalau mereka punya hak dan kewajiban yang sama dalam membangun Bangsa dan Negara. Dengan adanya rasa percaya dan adil, masyarakat akan nyaman beraktifitas dan tidak takut akan intimidasi ataupun kecurangan. Dengan adanya rasa nyaman dan aman, maka kehidupan akan berjalan baik. Perekonomian juga akan baik, jika itu baik maka kesejahteraan masyarakat juga akan ikut terangkat.

Dalam rezim sekarang, kepercayaan antara pemimpin kepada rakyat dan sebaliknya semakin luntur. Lihat saja belasan orang yang menyampaikan kritikan ditangkap karena dianggap melakukan makar. Penguasa seperti begitu ketakutan dan tidak percaya kepada masyarakatnya, sehingga memaksakan pasa makar. Hingga saat ini belum ada satupun yang terbukti telah melanggar pasar Makar tersebut.

Masyarakat juga mulai hingga kepercayaan kepada pemimpinnya. Hilangnya kepercayaan bermula dari tidak tegas dan tanggapnya pemimpin melihat potensi kemarahan masyarakat terhadap isu yang sensitif, terutama bagi masyarakat berbudaya timur seperti Indonesia. Sehingga terjadilah aksi unjuk rasa yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia berdiri.

Antar sesama juga muncul rasa tidak saling percaya dan curiga mencurigai. Ini bibit konflik horizontal yang tidak boleh dibiarkan semakin besar. Cukup sudah konflik komunal yang terjadi di Indonesia, jatuhnya korban jiwa, kerugian materi. Untuk menyelesaikan konflik komunal yang terjadi pasca reformasi, pemerintah butuh waktu bertahun-tahun.

Kegelisahan masyarakat juga tampak jelas karena tidak tegaknya keadilan, terutama keadilan dalam penegakan hukum. Aparat penegak hukum terkesan sangat jelas cenderung berpihak kepada pihak tertentu, sebut saja terkait dengan penyebaran ujaran kebencian, pemukulan, politik uang dan lainnya. Jika dikerucutkan dengan kondisi di Ibukota Negara, Jakarta. Maka yang terjadi saat ini adalah munculnya persepsi kalau pakai baju kotak-kotak akan kebal hukum.

Dengan adanya rasa ketidak adilan tersebut membuat ada ketidak nyamanan dan pudarnya rasa aman dihati masyarakat. Muncul dugaan-dugaan yang tidak perlu, misal jika tidak berpihak kepada penguasa bakal mendapatkan kerugian. Jika mengkritik penguasa akan terjerat hukum, dan akan rasa gelisah dalam hati masyarakat, termasuk dalam menyuarakan pendapat.

Tidak adanya kenyamanan dan rasa aman juga menjadi faktor melambatnya perekonomian. Bisa saja itu salah satu alasan Raja Arab lebih sedikit berinvestasi di Indonesia dibandingkan China, mereka merasa ada ketidak nyamanan dan keamanan di Indonesia. Sehingga memilih tidak terlalu besar berinvestasi.

Jika bicara tentang ancaman terhadap NKRI dan Kebhinnekaan, saya rasa inilah saatnya alarm itu dibunyikan. Pasca penghinaan seorang mahasiswa keturunan kepada Gubernur NTB dengan sebutan TIKO, suasana kebatinan masyarakat semakin memanas. Sebagai manusia tentu ada batas kesabaran, dan sebagai seorang tuan rumah tentu punya harga diri. Jika tidak ada tindakan nyata dari pemerintah, terutama Presiden, maka akan berdampak buruk.

Potensi ancaman terhadap persatuan dan kebhinnekaan saat ini lebih nyata dibandingkan saat sebagian kelompok menggelar aksi kebhinnekaan akhir tahun lalu. Jika dulu lebih mengarah kepada dukungan terhadap Ahok, kalau saat ini menyelamatkan NKRI dari perpecahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun