Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ternyata Saya Sangat Bergantung pada Transaksi Digital

25 Mei 2022   06:23 Diperbarui: 25 Mei 2022   06:43 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari shutterstock, diolah oleh penulis

Sebagai perempuan yang lahir, tumbuh besar dan kini menetap di Kota Malang, saya benar-benar sangat dimudahkan. Pergi ke sekolah yang berjarak satu kilometer saja dengan berjalan kaki bukan masalah. Kuliah pun saya hanya berjalan kaki 10 menit saja dari rumah. Takdir juga mengamini bahwa saya harus bekerja di dekat rumah pula. Jarak kantor ke rumah hanya 5 menit saja dengan mengendarai sepeda motor.

Jangkauan untuk ke pusat perbelanjaan, universitas, bank, hingga ke pasar tradisional pun sangat mudah. Siapa sangka saya harus pergi ke kota tetangga pada lebaran tahun ini. Berjarak 90 menit berkendara dengan mobil dalam kondisi lalu lintas yang normal, saya harus ikut mertua untuk menghadiri sebuah acara silaturahim bersama keluarga besar di sana.

Saat berangkat, saya santai saja tidak menyiapkan sama sekali uang tunai yang "cukup" untuk kebutuhan transaksi di sana. Saya pikir, ya pasti tidak jauh beda lah dengan di Malang. Kalau butuh sesuatu tinggal mampir di toko yang terkenal di bulan Maret itu. Mau beli apapun insyaAllah ada, begitu pula jika ingin uang tunai, tinggal tarik tunai saja di sana. Begitu pikir saya.

Namun apakah yang terjadi? Hehe.. sampai radius sekitar lima kilometer dari rumah tujuan kami, saya tidak menemukan toko yang lahir di bulan Maret tersebut. 

Panik? Iya. Mana uang tunai tinggal 50 ribu saja di dompet, bayar arisan pakai apaan? Kebetulan juga suami saya tidak menyiapkan uang tunai. Bahkan ia hanya berbekal uang lima ribu rupiah di kantong, di mobil juga hanya ada uang dua ribuan saja untuk berjaga-jaga bayar tukang parkir.

Beli bensin pun kami dibantu dengan transaksi digital yang mudah, aman, dan cepat dari BRImo. Bahkan untuk membeli secangkir kopi kami cukup menggunakan transaksi QRIS untuk membayarnya. Jadi saya tidak terpikir akan menemui hal-hal seperti ini.

Beruntung sinyal masih oke di sana. Sampai-sampai saya berpikir untuk menjadi Agen BRILink di desa tersebut, untuk membantu masyarakat sekitar lebih mudah dalam melakukan transaksi perbankan. Karena bilik ATM pun lumayan jauh lho dari desa itu.

Kelanjutannya jelas, saya pun membayar arisan melalui transfer ke kakak ipar. Istilahnya, saya setor tunai gitu ke beliau. Hehe.. 

Beruntung banget saya punya BRImo yang memudahkan saya untuk bertransaksi secara digital.

Adakah dari teman-teman yang pernah mengalami hal yang sama seperti saya? Sudah coba pakai BRImo? Boleh banget sharing di kolom komentar ya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun