Mohon tunggu...
Catharina Fitrianty
Catharina Fitrianty Mohon Tunggu... -

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Botak Demi Sang Pujaan (Ilham Cerita yang Tidak Terduga)

22 November 2014   04:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk pikuk kampanye capres yang memanas sudah lewat, kini beralih ke isu bbm dan interpelasi yang tak kalah menyengat di dunia perpolitikan. Tulisan ini sekiranya dapat menurunkan tensi bagi yang membacanya.

Secara tidak sengaja saya mendengar obrolan yang menggelikan dari sekelompok insan yang sedang minum kopi yang kebetulan dalam waktu yang bersamaan saya ada ditempat yang sama.

Obrolan merekalugas, terkadang dihiasi gelak tawa yang riuh tanpa merasa risih dengan pengunjung lain disekitarnya dan sedikit agak rame.

Dari obrolan yang dapat saya tangkap mereka tampaknya adalah para pekerja dilingkungan proyek sebuah perusahaan kontraktor. mereka sedang mengadakan reuni sesama pekerja kontraktor.

Tidak dijelaskan secara persis kapan tahun kejadiaannya, tapi kalau disimak sepertinya timingnya sebelum masa reformasi, karena dalam obrolan mereka juga menyinggung pelaksanaan DOM diwilayah yang sedang bergolak. Dimana pada saat itu selama bertugas merekatinggal dan Barak barak yang berupa container yang telah dimodikasi menjadi kamar kamar yang dilengkapi perlengkapan MCK dengan shower air panas dan air dingin. Meski hanya container tapi menurut penuturan mereka fasilitas cukup nyaman, karena didalam ruangan udaranya sejuk dari hembusan AC. Tetapi sayang, kata mereka lokasinya ada ditengah tengah persawahan yang dikellilngi kawat berduri serta dijaga oleh sekelompok tentara, hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan para pekerja dari gangguan keamanan yang dilakukan oleh anggota sparatis diwilayah itu .

Menurut mereka tinggal di camp tersebut banyak dukanya, karena mereka merasa terkekang kebebasannya, tidak dapat seenaknya keluar masuk camp. Ada aturan yang diberlakukan dan wajib ditaati. Setiap karyawan yang akan memasuki ataupun keluar camp diwajibkan lapor ke petugas jaga yang notabene adalah anggota TNI serta wajib menunjukan kartu identitas. Apalagi setelah lewat jam 21.00 karyawan tidak diijinkan keluar camp, kecuali dalam keadaan terpaksa. Itupun harus dikawal oleh anggota yang berjaga. Jangan harap melanggar aturan, kata mereka, akibatnya bisa fatal, karena bisa bisa dianggap penyusup dari anggota sparatis dan akan jadi sasaran peluru. Dan masih banyak lagi dukanya, ketimbang sukanya.

Diantara cerita yang dibeberkan, saya menangkap obrolan pengalaman dari salah seorang dari mereka, saat bertugas diproyek migas disalah satu kota di wilayah ujung utara Nusantara. Wilayah ini memang banyak terdapat sumber alam Migas, tetapi daerahnya masih tertinggal. Menurut mereka meski daerah nya tetinggal, bukan berarti masyarakatnya tidak mengikuti perkembangan kemajuan dari daerah daerah lain. Kehidupan dan adat masyarakatnya yang kental dengan agama, namun sebagian masyarakat, khususnya dari golongan muda masih sering dijumpai mencuri curi kesempatan yang sedikit menyimpang dari aturan adat.

Waktu itu, kata mereka membuka percakapan, hampir disetiap pinggir jalan protokol banyak bermunculan salon kecantikan, tetapi anehnya pelanggannya banyak didominasi kaum laki laki.

Ceritanya mulai menarik perhatian saya ketika para pekerja proyek yang sedang reuni itu saling buka kartu, dan ternyata sebagian besar dari mereka merupakan pelanggan setia salon salon kecantikan. Dalam hati saya bertanya mengapa mereka gemar bertandang kesalon kecantikan yang semestinya salon tersebut diperuntukan bagi kaum hawa.

Saya belum sempat berpikir lebih jauh untuk mencari jawaban, manakala salah seorang darikelompok pekerja proyek itu menceriterakan kejadiaan yang dialami temannya. Dia menyebutkan sebuah nama temannya, yang katanya punya hobi berkunjung ke salon kecantikan hanya untuk alasan potong rambut, cream bath, atau kadang cuci muka. Tapi mempunyai tujuan sampingan yaitu agar dapat bercengkama dengan parawanita muda pekerja salon dan kadang kadang sedikit usil. Saya bisa memaklumi mungkin itulah cara mereka melepas lelah setelah bekerja keras seharian, apalagi pada umumnya mereka pendatang dari luar daerah yang sudah pasti jauh keluarga.

Saya hampir saja tidak dapat menahan tawa, ketika mereka menceriterakan temannya yang saking gemarnya mengunjungi salon. Dia tidak menyadari kalau rambutnya sudah cepak akibat terlalu kerap dipangkas disalon, tapi demi untuk menyalurkan hobbynya dia tidak dapat menunda untuk pergi nyalon meski kondisi cuaca sedikit hujan.

Karena rambutnya sudah pendek dan tidak ada alasan lagi untuk dipangkas, maka pada akhirnya dia terpaksa merelakan kepalanya dibotaki, demi dapat bertemu dengan wanita pekerja salon langganannya. Setelah botak dia baru menyadari bahwa hari esoknya akan dilakukan pengambilan gambar (pass foto) oleh Manajemen untuk perpanjangan Badge atau ID card. Meski sedikit ada penyesalan, tapi tetap saja ekspresi wajahnyamemancarkan kegembiraanbahkan terbahak-bahak mana kala menyadari kekeliruannya, bahwa foto di ID Cardnya akan terpampang sebuah kepala plontos.

Dalam hati saya bertanya, apakah setelah kepalanya gundul dia masih punya alasan lagi untuk datang ke salon, saya tidak dapat menjawab karena suami saya telah memberi kode untuk meninggalkan tempat itu. Barangkali sepeninggal saya mereka masih bercanda ria saling melepas rindu tanda persahabatan yang akrap

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun