Merebak wangi ratusan bunga menyelimuti dada.
Harumnya memabukkan jiwa.
Bersorak-sorailah ribuan asa sembari mengintip jendela, "Lihat, dia t'lah tiba!"
Terdengar seruan,
"Aku pria bertangan hampa!
Sebutir janji tak ada padaku.
Sebongkah cinta takkan kau temukan di diriku."
Sebuah suara membalasnya,
"Mungkinkah siang mampir merayu bulan yang terlelap?
Atau bolehkah malam merengut tatkala mentari berpaling?"
Keniscayaan adalah rumahku.
Kala kemustahilan mengetuk, pintunya diam seribu bahasa. Terkunci rapat tanpa celah.
Keniscayaan adalah namaku.
Bila masa depan mengundang, aku yakin yang menuliskannya bukanlah dirimu.
Jakarta, 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!