Mohon tunggu...
Jessica Gresina
Jessica Gresina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student at Atma Jaya Yogyakarta University

Please take a look at my article, Thank you.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Eksistensi K-Pop Buktikan Budaya Populer Tak Hanya Berwujud Artefak

21 Maret 2021   16:02 Diperbarui: 21 Maret 2021   16:11 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di luar hal tersebut, kini segala sesuatu yang berhubungan dengan BTS terlihat lebih menarik. Bukan hanya bagi penggemarnya, namun bagi banyak perusahaan besar, untuk menggandeng BTS sebagai brand ambassador. Hal ini jelas terjadi karena popularitas BTS yang sangat tinggi, sehingga jelas akan membawa pengaruh yang sangat positif pula.


Paparan sebelumnya tentang BTS dan beberapa prestasinya telah menunjukkan bahwa seberapa besar kekuatan BTS dapat memunculkan sebuah budaya populer baru. Terlebih kini dengan kuatnya teknologi serta media menyebarkan informasi menyebabkan budaya populer menyebar serta menjangkau lebih luas audiens. 

Jika ditelusuri lebih jauh, nyatanya K-Pop sebagai bentuk budaya populer telah memainkan peran politik dalam praktiknya. Produksi budaya K-Pop yang massal, dan akhirnya dinikmati oleh kustomer menjadi salah satu bukti bahwa terjadi komodifikasi budaya populer. 

Transaksi yang terjadi antara produsen dan kustomer menunjukan bahwa sudah terjadi praktek konsumerisme dan hedonisme terhadap budaya populer, yang dalam konteks ini dapat berupa pembelian album, merchandise BTS, dan lain sebagainya. 

Praktik ekonomi politik memang menjadi hal yang tidak dapat lepas dan dipastikan terjadi dari budaya populer. Antusiasme para penggemar seluruh dunia, telah berhasil menjadikan K-Pop menjadi sektor industri yang sangat menjanjikan bagi para pengelola bisnis.

Fandom sebagai sebuah subkultur? 

Seperti sudah disinggung di atas mengenai K-Pop dan berbagai hasil kebudayaannya, BTS dengan popularitas yang sangat tinggi telah berhasil memiliki jutaan penggemar saat ini. 

Dalam dunia K-Pop, sekelompok penggemar dapat disebut juga sebagai fandom. BTS sendiri memiliki panggilan kesayangan untuk para penggemarnya yaitu, ARMY. Mungkin akan timbul pertanyaan mengapa fandom dapat termasuk menjadi salah satu subkultur. Sebelum beranjak lebih jauh mari kita kenali terlebih dahulu apa itu subkultur. 

Istilah subkultur adalah sebutan bagi sekelompok individu yang berbagi kepentingan, ideologi, serta praktek tertentu. Hakikatnya subkultur merupakan cabang budaya yang berbeda dengan budaya dominan. Namun hal ini tidak mengindikasikan subkultur selamanya menjadi sesuatu yang berkonteks negatif. 

Walaupun fenomena fans K-pop yang sebelumnya sering mendapat stereotip negatif dari publik, tetapi satu waktu berbagai fandom dari K-Pop idol menyerukan solidaritas dalam gerakan #BlackLivesMatter. Hal ini menjadikan citra K-Pop di mata publik menjadi lebih baik dan positif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun