Mohon tunggu...
Jessica Gabriella
Jessica Gabriella Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

mahasiswi Nusa Putra University

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kondisi Ekspor-Impor Indonesia Saat Penurunan Ekonomi

18 Juni 2021   15:30 Diperbarui: 18 Juni 2021   15:50 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ekspor dan impor merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu negara. Dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara akan memperoleh pendapatan. Kegiatan ekspor ini umumnya dilakukan oleh suatu negara jika negara tersebut dapat menghasilkan produk barang dalam jumlah yang cukup besar atau banyak dan jumlah produk barang tersebut ternyata sudah terpenuhi di dalam negeri, sehingga bisa dikirimkan ke negara yang memang tidak mampu memproduksi barang tersebut atau karena jumlah produksinya tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat negara tujuan. 

Lalu , kegiatan pengiriman barang impor yang dilakukan dengan skala besar ini membutuhkan proses pendampingan oleh bea cukai. Umumnya, pihak pemerintah akan menetapkan tarif pajak atas setiap produk impor. Hal tersebut menyebabkan produk barang impor mempunyai harga yang lebih mahal dibandingkan dengan produk lokal karena di dalamnya telah dibebankan biaya pajak yang harus dibayar oleh konsumen. Namun, saat ini dunia sedang dihadapkan dengan pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai. Pandemi ini berdampak pada banyak sektor, termasuk perekonomian negara. 

Banyak negara yang memberlakukan lockdown yang mempengaruhi kegiatan ekonomi, khususnya ekspor dan impor. Virus Corona ini mulai menyebar ke Indonesia di tahun 2020, virus ini sangat mengemparkan Indonesia dan membuat masyarakat menjadi susah melakukan kegiatan seperti biasa. Di Indonesia sendiri, keadaan ekonomi sangat tidak stabil.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total ekspor Indonesia di sepanjang tahun 2020, atau dalam periode Januari 2020 hingga Desember 2020 sebesar 163,31 miliar USD. Kepala BPS menyatakan bahwa nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 2,61% YoY bila dibandingkan dengan ekspor di sepanjang tahun 2019 yang sebesar 167,68 miliar USD. Ekspor migas pada tahun 2020 tercatat sebesar 8,31 miliar USD atau anjlok 29,52% YoY dari tahun 2019 sebesar 11,79 miliar USD. 

Sedangkan sektor non migas tercatat sebesar 155 miliar USD pada tahun 2020 atau turun 0,57% YoY dari 155,89 miliar USD pada tahun 2019. Tetapi, ada sektor yang mengalami peningkatan, seperti sektor pertanian. Ekspor hasil pertanian pada tahun 2020 tercatat sebesar 4,12 miliar USD atau naik 13,98% YoY dari tahun 2019 sebesar 3,61 miliar USD.

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Februari 2021 mencapai 15,27 miliar USD atau turun 0,19% dibanding ekspor pada Januari 2021. Sementara dibandingkan pada Februari 2020, naik 8,56%. Ekspor nonmigas pada Februari 2021 mencapai 14,40 miliar USD, turun 0,04% jika dibandingkan dengan Januari 2021. Dibanding ekspor nonmigas pada Februari 2020, naik 8,67%. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari--Februari 2021 mencapai 30,56 miliar USD atau naik 10,35% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 28,81 miliar USD atau naik 10,52%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai impor sepanjang 2020 mencapai 141,57 miliar USD atau menurun 17,34% dibandingkan 2019 yang sebesar 171,28 miliar USD. BPS mencatat impor barang konsumsi sebesar 14,66 miliar USD atau turun 10,93% dari tahun 2019 yang sebesar 16,45 miliar USD. Sedangkan impor bahan baku atau penolong tercatat sebesar 103,21 miliar USD atau menurun 18,32% dari impor bahan baku pada tahun 2019 yang sebesar 126,36 miliar USD. 

Lalu, impor barang modal tercatat sebesar 23,70 miliar USD atau turun 16,73% yoy dari tahun 2019 yang sebesar 28,47 miliar USD. Kepala BPS berharap kalau prospek impor bisa lebih baik lagi kedepannya. Hal ini seiring dengan adanya proses vaksinasi dan harapan akan ketaatan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan sehingga ini bisa membantu perekonomian bisa pulih dengan lebih cepat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya impor beras sebanyak 356.286 ton secara kumulatif sepanjang tahun 2020. Data impor beras tahun 2020 tercatat berasal dari berbagai negara dengan total nilai 195,4 juta USD. Total nilai tersebut merupakan akumulasi nilai impor beras ke Indonesia dari Januari hingga Desember 2020. Sepanjang tahun 2020, Indonesia paling banyak mengimpor beras dari Pakistan yakni sebesar 110.516 ton atau senilai 41,51 juta USD. 

Lalu, di urutan kedua ada beras impor asal Vietnam yaitu sebanyak 88.716 ton untuk Indonesia. Namun, dari sisi nilai impornya, beras Vietnam setara 51,1 juta USD, tergolong lebih mahal dibandingkan Pakistan. Lalu, Thailand juga mengekspor 88.593 ton beras ke Indonesia sepanjang 2020. Angka itu setara dengan 76,3 juta USD, lebih mahal dari beras impor asal Vietnam. Pada tahun 2019, Indonesia mengimpor beras sebanyak 444.508 ton atau setara dengan 184,2 juta USD.

BPS mencatat nilai impor Indonesia pada Februari 2021 mencapai 13,26 miliar USD, turun 0,49% jika dibandingkan dengan Januari 2021 atau naik 14,86% jika dibandingkan dengan Februari 2020. Impor migas pada Februari 2021 senilai 1,30 miliar USD, turun 15,95% jika dibandingkan dengan Januari 2021 atau turun 25,37% jika dibandingkan dengan Februari 2020. Impor nonmigas pada Februari 2021 mencapai 11,96 miliar USD, naik 1,54% jika dibandingkan dengan Januari 2021 atau naik 22,03% jika dibandingkan dengan Februari 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun