Mohon tunggu...
Jessica Christella Amanda
Jessica Christella Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kimia FMIPA UNS

Kimia 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Hustle Culture bagi Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19

25 Oktober 2021   23:46 Diperbarui: 26 Oktober 2021   00:09 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi menjadi kata yang umum digunakan oleh seluruh warga dunia sejak merebaknya Covid-19 pada tahun 2019 lalu. Dengan adanya pandemi Covid-19, kita dituntut untuk beradaptasi, terutama dalam melakukan kegiatan bekerja, belajar, dan beribadah. Banyak kegiatan yang dilakukan secara daring di masa pandemi demi membatasi mobilitas dan interaksi masyarakat dalam rangka mengerem angka penyebaran Covid-19. Selain itu, kegiatan yang dilakukan via daring seperti online meeting dirasa lebih efisien karena dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun selama tersedia jaringan internet dan fasilitas gawai yang memadai.

Di masa pandemi, semua orang berlomba-lomba untuk menjadi lebih produktif dibandingkan orang lain. Persaingan ini tidak selamanya buruk, namun kenyataannya banyak orang yang mengesampingkan kesehatannya demi mendapat gelar paling produktif di antara rekan-rekannya. 

Banyak pekerja dan pelajar yang didominasi oleh masyarakat muda lebih memilih untuk merelakan waktu tidurnya demi bekerja karena merasa lelah bekerja lebih baik daripada lelah karena tidak memiliki uang. Tidak sedikit pula yang merasa semakin lama waktu bekerja, maka semakin besar pula kemungkinan untuk naik jabatan. Padahal kenyataannya, kenaikan gaji, jabatan, atau kualitas hasil kerja tidak ditentukan oleh selama apa waktu kita bekerja, melainkan seberapa berkualitas kinerja kita dalam mengerjakan sesuatu.

Kecenderungan orang-orang untuk mengorbankan waktu istirahat demi bekerja  dikenal dengan istilah hustle culture. Hustle culture sendiri merupakan keadaan di mana seseorang menjadi terlalu terikat dengan pekerjaannya dan hanya akan merasa puas setelah merasa bahwa mereka telah bekerja keras untuk mencapai kesuksesan. Tanpa disadari, hustle culture ini mendorong orang-orang untuk mengorbankan pola hidup mereka dan menerapkan kebiasaan over work.

 Dengan segala tekanan yang diberikan oleh hustle culture, tentu banyak efek negatif yang dihasilkan oleh budaya hustle culture. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 yang dipublikasikan di Current Cardiology Reports, orang yang bekerja lebih dari 50 jam per minggu memiliki peningkatan risiko berbagai penyakit jantung. Panjangnya jam kerja juga dapat menyebabkan kegiatan metabolisme tubuh terganggu. Tidak hanya pada fisik, hustle culture juga memberi efek negatif pada mental seseorang. Penyakit mental yang paling sering terjadi akibat hustle culture adalah gejala depresi, kecemasan, hingga pikiran untuk bunuh diri.

Melihat begitu banyaknya dampak negatif yang hustle culture torehkan, dapat kita simpulkan bahwa hustle culture merupakan suatu budaya yang buruk dan patut untuk kita hindari. Hendaknya kita menjadi lebih aware akan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental kita setelah mengetahui dampak-dampak negatif dari hustle culture. Kita dapat mulai menghindari budaya hustle culture dengan membuat jadwal pekerjaan. 

Dengan adanya jadwal pekerjaan, hidup kita akan menjadi lebih tertata dan akan lebih mudah bagi kita untuk meluangkan waktu untuk beristirahat. Saat rutinitas pekerjaan kita mulai dirasa melelahkan, jangan ragu untuk meluangkan sedikit waktu untuk memanjakan diri dengan melakukan kegiatan me time. Sedikit waktu untuk minum teh sambil membaca buku, menikmati bunga di taman, atau sekedar berjalan-jalan santai di pusat perbelanjaan favorit kita mungkin dapat membantu dalam menjaga kesehatan mental di tengah budaya hustle culture yang semakin dinormalisasi oleh masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun