Mohon tunggu...
Jessica Oktaviana
Jessica Oktaviana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiwi S1 Ilmu Komunikasi.

This is my perspective.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tips Menghindari Konflik dalam Organisasi

3 Desember 2020   18:01 Diperbarui: 3 Desember 2020   18:38 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan kita setiap hari, pasti melakukan yang namanya interaksi dengan individu atau kelompok masyarakat. Karena hal itu sangat sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia yang hakikatnya sebagi mahkluk sosial. 

Pada saat berinteraksi, tidak jarang seseorang menemui sebuah konflik. Konflik sering kita temui di lingkungan sekitar, baik itu di lingkungan bisnis, pendidikan, ataupun organisasi. Konflik yang terjadi dalam organisasi tak melulu menjadi hal yang buruk. 

Adanya konflik artinya ada proses yang terjadi dalam dinamika organisasi dan dianggap sebagai suau praktik yang tidak sesuai dengan pihak yang bersebrangan. 

Ketika konflik di kelola dengan baik dan dibahas dengan tuntas, akan muncul sebuah pemahaman baru, aturan baru, dan keseimbangan baru.  Justru, jika dalam sebuah organisasi tidak terjadi sebuah konflik akan ada pertanyaan besar, apakah praktik tersebut sudah sempurna sehingga tidak ada celah untuk dikoreksi?

Pada hakikatnya keberadaan konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan. Menurut Gibson, (1977, hal. 347) Selain dapat mencipakan kerjasama, hubungan saling bergantung dapat pula melahirkan sebuah konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja satu sama lain.

Contoh kasus pertama,  disebabkan oleh kepribadian seseorang, konflik yang diakibatkan oleh perbedaan kepribadian di tempat kerja sangat umum terjadi di antara anggota apapun posisinya. 

Konflik semacam ini biasanya terjadi karena persepsi yang salah tentang sikap rekan anggota lainnya. Ketika tipe kepribadian yang berkerja sama, memungkinkan kesalahpahaman tentang karakter, dan tindakan satu sama lain menjadi tinggi. Misalnya, seorang yang memiliki kepribadian introvert dan tidak terlalu ramah mungkin terlihat sombong, di antara anggota lainnya. Hal ini dapat menyebabkan masalah dan menghambat produktivitas tim.

Contoh kasus kedua yaitu konflik yang terjadi karena gaya bekerja masing-masing individu. Beberapa orang lebih suka bekerja dalam kelompok dan yang lain lebih tertarik bekerja sendirian. 

Ada orang yang bekerja memerlukan arahan ekstra untuk menyelesaikan tugasnya. Perbedaan gaya bekerja terkadang membuat individu tidak dapat bekerja dan membuat keharmonisan tim terganggu dan akan meninmbukan miskomunikasi yang tidak dapat dihindari.

Merujuk dari dua contoh kasus di atas, konflk harus dikelola dengan baik agar tidak menjadikan hal yang negatif dan merusak hubungan masing-masing individu. Oleh karena itu, dalam suatu organisasi perlu adanya seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan konflik, dan hal itu akan menghasilkan hasil yang baik. Untuk dapat mengelola konflik menjadi suatu yang baik, organisasi perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut :

  1. Kompromi, Penyelesaian konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga menghasilkan solusi atau jalan tengah atas konflik yang sedang dihadapi.
  2. Mengakomodasi, Anggota tim mau mengumpulkan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan yang diperoleh.
  3. Kolaborasi, Pihak yang saling bertentangan akan saling memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap memperhatikan pihak lain

Dengan demikian pengelolaan konflik terbukti mampu memberikan kontribusi secara umum pada kinerja organisai. Hal ini terlihat pada terciptanya keharmonian kerja, adanya keterbukaan dalam komunikasi, penggunaan metode penyelesaian kerja yang tepat, serta mempertimbangkan efektivitas dan efeisiensi kerja yang mendukung teamwork. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun