Andre mencoba menenangkan mereka, tapi tiba-tiba ia merasakan ada yang mencengkeram tangannya. Ketika ia melihat ke bawah, ia mendapati tangan pucat dingin menggenggam erat pergelangannya, tangan yang bukan milik siapa pun dari mereka. Panik, Andre berusaha melepaskan genggaman itu, namun tangan itu semakin erat, kuku-kukunya yang tajam seperti ingin mengoyak kulitnya.
Di saat yang sama, Rina mendengar bisikan lembut memanggil namanya. "Rina... Rina... ikutlah bersama kami..." Bisikan itu begitu dekat di telinganya, seakan-akan suara itu berasal dari dalam pikirannya. Rina berteriak, namun suaranya tenggelam dalam keheningan kabut. Bayangan hitam mulai muncul di sekitar mereka, melayang tanpa suara, dengan mata kosong yang memancarkan keputusasaan. Sosok-sosok itu melambai, mengisyaratkan mereka untuk mendekat.
Sinta mulai menangis, tapi suara tangisnya seperti diserap kabut. Mereka semua berlari, atau setidaknya mencoba berlari, tetapi tanah di bawah kaki mereka terasa seperti menarik mereka lebih dalam. Mereka merasa seolah ada tangan-tangan tak terlihat yang mencengkeram kaki mereka, membuat langkah semakin berat. Suara bisikan berubah menjadi jeritan, memanggil nama mereka satu per satu.
Ketika kabut mulai menghilang, hanya Bayu yang berhasil keluar dari hutan. Wajahnya pucat dan matanya kosong. Penduduk desa menemukannya gemetaran dan tak bisa bicara selama berhari-hari. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Rina, Andre, dan Sinta. Namun, sejak malam itu, setiap orang yang nekat melewati Jalan Sunyi akan mendengar jeritan dan bisikan samar dari dalam hutan, seolah-olah ada jiwa-jiwa yang terperangkap, mencari korban berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H